Jakarta, CNN Indonesia -- Kabar hengkangnya Travis Kalanick dari jabatannya sebagai CEO Uber memicu tanda tanya besar. Keputusannya untuk angkat kaki ditengarai bukan keputusan pribadi, tetapi lantaran adanya tekanan dari sejumlah investor Uber.
Benchmark sebagai salah satu investor terbesar Uber, diketahui mengirimkan surat bertajuk
"Moving Uber Forward" yang intinya menuntut perombakan di kepemimpinan Uber. Benchmark merupakan investor yang pertama kali mencetuskan saran untuk mendepak Kalanick dari jabatannya.
Selain Benchmark, investor Uber lainnya yakni First Round Capital, Lowercase Capital, Menlo Ventures and Fidelity Investments juga menunjukkan sikap serupa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi hal itu, Kalanick diketahui sempat gundah. Ia sempat berkonsultasi dengan anggota direksi dan investor Uber setelah mendapatkan tekanan besar.
Meski mengaku masih ingin bertahan di perusahaan yang didirikannya, Kalanick akhirnya harus mengalah dan setuju dengan desakan para investor. Kendati demikian, Kalanick akan menjadi salah satu dewan direksi Uber.
Campur tangan Kalanick sebagaii direksi Uber ternyata masih mendapat tantangan lain dari investor. Kelima investor tetap meminta pengawasan terhadap direksi dan meminta dua dari tiga direksi merupakan sosok independen.
Kalanick mengaku sangat mencintai perusahaan yang didirikannya, namun ia memilih untuk menuruti permintaan investor demi kebaikan Uber.
"Aku mencintai Uber lebih dari segalanya di dunia dan dalam momen sulit di kehidupan pribadi, aku menerima perintaan para investor untuk mundur sehingga Uber bisa kembali membangun ketimbang membiarkannya terdistraksi dengan pertikaian lain," ucap Kalanick seperti dilansir
The New York Times.
Sebelum memutuskan hengkang, Kallanick sempat memilih untuk cuti sementara waktu dari Uber. Meski tidak mengungkap kapan ia akan kembali, Kallanick justru dihujam berbagai tekanan hingga berujung permintaan investor yang memintanya untuk hengkang.
Kesuksesan Uber sebagai perusahaan dengan valuasi US$11 miliar diwarnai sejumlah berita miring. Budaya kerja serta pelecehan dan diskriminasi seksual mewarnai sepak terjang Uber ditengarai menjadikan investor naik pitam.
Terlebih sikap kepemimpinan Kalanick yang cenderung dianggap terlalu arogan.
Salah satu kasus yang sempat mengemuka yakni kesaksian mantan karyawan Uber, Susan Fowler yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual selama bekerja. Selain itu, Uber juga dilaporkan berurusan dengan masalah gugatan kekayaan intelektual dari Waymo dan penyelidikan federal mengenai upaya perusahaan untuk menghindar dari penegak hukum.
"Kami berkomitmen untuk terus membawa Uber ke arah yang lebih baik dalam 180 hari kedepan. Kami sadar akan menempuh jalan panjang, tapi kami tidak akan berhenti disitu," tulis Uber dalam pernyataan resmi.