Jakarta, CNN Indonesia -- PT Grab Indonesia membuktikan komitmennya terkait perselisihan soal insentif Lebaran. Ridzki Kramadibrata, Manajer Director Grab Indonesia, menegaskan bahwa perusahaan telah memberikan insentif Lebaran kepada ribuan pengemudi.
"Kami telah mengumumkan tidak kurang dari belasan ribu mitra pengemudi sebagai peraih program insentif Grab Lebaran. Hal ini sebagai bukti apresiasi kami kepada mitra pengemudi yang telah bekerja keras dan jujur selama periode menjelang dan sesudah Lebaran lalu," kata Ridzki, di kantornya.
Menurut Mediko Azwar selaku Country Marketing Director Grab Indonesia, Insentif Lebaran berada dalam program GrabSejahtera yang dicanangkan perusahaan untuk mitra pengemudi. Sayangnya, perusahaan tidak berkenan membuka detail mengenai jumlah insentif lebaran karena bersifat pribadi dengan para mitra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini juga dikonfirmasi oleh dua pengemudi bernama Irwanto dan Aris yang hadir dalam konferensi pers. Irwanto menambahkan bahwa pihaknya tidak pernah mengalami masalah dengan manajemen karena memahami "aturan main" Grab dan tidak terprovokasi melanggar kode etik yang telah disepakati.
Lebih lanjut, Mediko menjelaskan bahwa insentif lebaran diadakan karena memang ada kenaikan permintaan yang tajam saat Lebaran tiba di seluruh kota di mana Grab hadir meski enggan menyebutkan angka peningkatan. Insentif Lebaran juga sebenarnya tak hanya berupa garansi pendapatan tetapi dana mudik serta televisi.
"Peningkatan kebutuhan layanan dari tahun ke tahun sangat tajam tapi saya nggak bisa sebut angka pastinya. Yang pasti double digit," terang Mediko.
Soal akun yang dibekukan, Ridzki kembali menegaskan bahwa sangat sedikit pengemudi yang mengalaminya dan tidak menyebutkan jumlah pastinya karena masih dalam proses mediasi.
Kesalahan mereka beragam, mulai dari fake GPS hingga dual aplikasi. Namun pada intinya, mereka telah melakukan pelanggaran kode etik yang sudah disepakati sejak awal dengan para mitra.
Perusahaan juga telah membuka jalur komunikasi dan mempersilakan pengemudi untuk mengisi form audiensi. Suspensi yang disebut satu pihak tersebut ditampik oleh perusahaan karena
"Kualitas dan keamanan layanan serta hubungan kemitraan adalah prioritas utama Grab. Mitra itu juga pengguna layanan kami lho, jadi mereka juga prioritas. Untuk menjamin kepuasan pelanggan dan hubungan saling menguntungkan antara mitra dengan perusahaan, kami menetapkan peraturan kode etik," lanjut Ridzki.
Menanggapi permintaan penghapusan kode etik, Ridzki kembali menegaskan bahwa pentingnya menjaga kode etik adalah untuk meningkatkan aspek keamanan, keselamatan dan kualitas pelayanan baik pada para penumpang maupun pengemudi.
Jika keberatan dengan kode etik tersebut, pengemudi dipersilakan memilih platform lain.
"Kami tidak pernah memaksakan sehingga kalau ada yang bilang hapus kode etik segala macam padahal sudah kami jelaskan itu untuk melindungi penumpang dan pengemudi. Kalau tidak mau ya simple, tidak usah pakai Grab. Kami pun tidak ingin memiliki mitra yang tidak mau menghormati penumpang dan mitra pengemudi lainnya. Kami sangat menjunjung tinggi keselamatan dan kualitas pelayanan terhadap penumpang dan mitra pengemudi," ujarnya.
"Silakan menggunakan platform lain yang menurut mereka lebih rendah kualitas layanannya, lebih ringan persyaratannya. Tapi kami pertanyakan tentunya kualitas layanannya dan kualitas dari kesetaraannya, fairnessnya bagi mitra pengemudi yang lainnya," sambung Ridzki.
Sebelumnya, seratusan pengemudi GrabCar menggelar aksi demo pada 4 Juli di depan Gedung Maspion untuk menuntut uang insentif yang seharusnya mereka dapatkan,meminta penghapusan kode etik yang merugikan pengemudi, klarifikasi tuduhan melakukan kecurangan, melibatkan mitra pengemudi dalam merumuskan peraturan, dan tidak membekukan akun tanpa ada upaya konfirmasi.
Menurut Nur Adim aliasi Aris Clowor selaku Ketua Front Driver Online Indonesia, ada kurang lebih 3.500 akun yang dinonaktif se-JABODETABEK. Namun, yang melapor ke komunitasnya baru 1.500 akun pengemudi.