Jakarta, CNN Indonesia -- Ada alasan Alibaba kembali menyuntikkan dana ke perusahaan
e-commerce Tokopedia. Pasalnya bisnis jual-beli daring ini punya kontribusi besar dalam kenaikan pendapatan Alibaba di kuartal pertama tahun ini, yaitu sebesar 56 persen.
Besarnya lompatan pendapatan Alibaba ini mengalahkan perkiraan analis. Penjualan Alibaba untuk perdagangan di kuartal pertama mencapai US$7,5 miliar atau Rp100 triliun. Dibanding periode sama tahun lalu, keuntungan bersih mereka melonjak 96 persen.
E-commerce Taobao dan Tmall menjadi ujung tombak melonjaknya keuntungan perusahaan tersebut. Performa bagus juga ditunjukkan oleh perusahaan internasional yang mereka kendalikan seperti AliExpress dan Lazada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertumbuhan pendapatan yang kuat ini datang dari bisnis utama jual-beli kami yang digerakkan oleh inovasi tanpa henti di teknologi data, algoritma yang makin canggih, dan meluasnya penggunaan
big data," ucap CEO Alibaba, Daniel Zhang Yong.
Perluas pengaruh
Kabar ini seakan jadi pertanda bahwa Alibaba tak ingin berhenti memperluas pengaruhnya di industri
e-commerce. Padahal perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma ini sudah punya Lazada yang menguasai pangsa pasar paling besar di
e-commerce Indonesia.
Kemarin, Tokopedia baru saja mengumumkan menerima investasi yang dipimpin oleh Alibaba sebesar US$1,1 miliar atau sekitar Rp14,7 triliun.
Sebelumnya, Alibaba mengambil alih kendali Lazada pada 2016 lalu dengan menanamkan modalnya sebesar US$1 miliar. Lazada, yang didrikan oleh Rocket Internet pada 2012, kembali mendapat kucuran dana dari Alibaba di Juni kemarin, seperti diberitakan
TechCrunch.
Sebesar US$1 miliar kembali diberikan oleh Lazada sebagai lanjutan investasi mereka. Kucuran dana dengan total US$2 miliar itu menjadikan Alibaba memegang 83 persen saham Lazada.
Incar Asia TenggaraAlibaba melihat Asia Tenggara sebagai pasar potensial yang akan terus membesar. Investasi mereka ke Lazada dan Tokopedia jadi buktinya. Berdasarkan data Google, Asia Tenggara akan menjadi ledakan pasar e-commerce berikutnya di Asia Pasifik.
Data yang dikumpulkan Google dan Temasek memperkirakan dalam tiga tahun kedepan pasar e-commerce Asia Tenggara melonjak lebih dari 100 persen. Pada 2017, perkiraan pasar e-commerce Asia Tenggara US$10 milyar, melonjak jadi US$22 milyar pada 2020, dan naik jadi US$88 milyar pada 2025.
Angka ini memang masih terpaut jauh dari penjualan
e-commerce China yang diperkirakan mencapai US$1,132 trilun tahun ini. Selain itu, saat ini e-commerce China sudah mencapai 23,1 persen dari keseluruhan perdagangan ritel di negara itu.