Dilema Satelit Telkom 1

CNN Indonesia
Selasa, 12 Sep 2017 17:20 WIB
Pakar dari ITB menilai Telkom bisa menerima rekomendasi Lockheed Martin untuk matikan satelit. Bisa juga pertahankan, jika kondisi bahan bakar memungkinkan
Ilustrasi: Pengamat menilai Telkom bisa menerima rekomendasi untuk mematikan atau tetap mengoperasikan sebagian satelitnya. (Foto: Thinkstock/3DSculptor)
Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen satelit, Lockheed Martin memberikan rekomendasi bagi Telkom untuk mematikan operasional satelit Telkom 1. Rekomendasi tersebut diperoleh setelah melalui kajian oleh Telkom dan Lockeed Martin.

Pakar telekomunikasi ITB, Ridwan Effendi menilai rekomendasi tersebut sebagai langkah bijak untuk mengatasi permasalahan anomali yang dihadapi Telkom.

"Memang lebih baik dimatikan, kalau semuanya sudah dialihkan ke satelit lain. Toh pemerintah sudah suspend slot orbit ke ITU untuk peluncuran satelit Telkom 4," imbuh Ridwan dalam sambungan telepon dengan CNNIndonesia.com, Selasa (12/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Meski begitu, Ridwan yang juga menjabat sebagai Sekjen Pusat Studi Kebijakan dan Regulasi dan Telekomunikasi ITB menyebut Telkom tetap bisa memilih jika ingin tetap mempertahankan operasional atau mematikan satelitnya. Mengingat kedua pilihan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.

"Kalau masih yakin dengan sisa bahan bakar, bisa pilih untuk tetap dipakai atau dimatikan semuanya. Atau jika baterainya tersisa tidak perlu dimatikan sepenuhnya, jadi ada sebagian transponder yang tetap bisa dipakai sambil menunggu peluncuran satelit baru," lanjutnya.

Ia menjelaskan salah satu syarat utama jika Telkom bersikeras hanya mematikan 50 persen transponder miliknya, maka harus memperhatikan asupan sisa bahan bakar.

Sisa bahan bakar yang digendong satelit menurutnya tergantung pada jumlah pemakaian selama masa orbit. Semakin sering dipakai dan goyang untuk mengembalikkan ke posisi semula dengan menggerakkan roket, maka bahan bakar menjadi sering dipakai sehingga cepat habis.


"Kalau masih ada sisa bahan bakar, bisa dicek apakah cukup untuk tetap dijalankan. Kalau sudah hampir habis memang sebaiknya disingkirkan karena posisinya berbahaya," jelasnya.

Satelit Telkom 1 diketahui mengalami anomali sejak 25 Agustus lalu sehingga keberadaannya sempat simpang-siur. Sebuah analisis dari ExoAnalitycs pernah menduga satelit hancur di orbit geostasioner.

Sementara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) juga pernah menyebut Telkom 1 sudah jadi sampah antariksa. Di sisi lain, Telkom hingga kini belum mengungkap penyebabnya dan mengaku lebih fokus memulihkan layanan hingga 10 September lalu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER