Menakar Masa Depan Bitcoin dan Mata Uang Digital di Indonesia

CNN Indonesia
Kamis, 14 Sep 2017 12:40 WIB
Perkembangan bisnis investasi mata uang digital bitcoin di negara lain sangat pesat, namun tidak demikian dengan Indonesia.
Minat Indonesia untuk investasi BitCoin atau mata uang digital lainnya belum setinggi negara lain. (Foto: REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bitcoin dan mata uang digital (cryptocurrency) belakangan kian populer di Indonesia. Bahkan pada Mei silam, nilai tukar satu keping BitCoin setara dengan 20 juta rupiah.

Namun begitu, tidak sedikit orang yang mempertanyakan masa depan mata uang digital, terutama terkait dengan fluktuasi harga dan keamanan bertransaksi.

Menanggapi hal itu, CEO Bitcoin Indonesia, Oscar Dermawan menyatakan bahwa cryptocurrency adalah pencapaian teknologi luar biasa. Sebelumnya, pendapat senada juga diutarakan pendiri Microsoft, Bill Gates.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oscar mengungkapkan ada beberapa alasan yang membuat mata uang digital berbeda dengan versi konvensional. Salah satu alasannya, lantaran BitCoin dan mata uang digital lainnya memanfaatkan sistem yang bisa berjalan tanpa bergantung kepada server yang terpusat. Seluruh servernya terdesentralisasi dan seluruh transaksinya terverifikasi secara otomatis tanpa campur tangan manusia.

Sistem desentralisasi ini juga mengunci pasokan BitCoin yang ada pada jumlah tertentu saja, tidak dapat bertambah lebih dari yang sudah ditentukan.

"Cara kerja sistem ini bahkan dikomentari oleh Bill Gates dengan sebutan "BitCoin is a technological tour de force" yang berarti sebagai sebuah pencapaian teknologi yang luar biasa. Selama masih ada 1 pengguna saja, pengguna BitCoin di internet maka jaringan bitcoin tidak akan down karena sifat servernya yang terdesentralisasi," terangnya dalam pesan surel kepada CNNIndonesia.com.

Sementara itu, peredaran BitCoin di seluruh dunia terdata oleh algoritma blockchain yang memungkinkan setiap pengguna dapat mengawasi atau melihat total pasokan BitCoin yang beredar dan transaksi yang ada di dalam jaringan digitalnya secara transparan.

"Karena servernya terdesentralisasi (tidak terpusat) sehingga tidak ada yang mampu mencurangi/mengubah data transaksi," lanjutnya.

Karena perkembangannya yang pesat di beberapa negara maju seperti Jepang, negara-negara Eropa maupun AS, saat ini industri yang bergerak di bidang bitcoin diawasi oleh FSA (Financial Services Agency), badan serupa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia. Hal yang sebaliknya justru terjadi di Indonesia.

"Transaksi di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan transaksi BitCoin di dunia, mungkin belum ada 5 persen. Terutama jika dibandingkan dengan volume transaksi BitCoin di Jepang, Korea Selatan maupun China," kata Oscar ketika ditanyai mengenai kondisi pertukaran BitCoin di Tanah Air.

Sebagai bentuk investasi, sayangnya harga BitCoin tidak bisa diprediksi akan naik atau turun dalam jangka waktu tertentu. Oscar mengatakan bahwa nilai tukar mata uang ini selalu bergerak mengikuti pasar.

"Saya kira tidak ada yang bisa memprediksi harga BitCoin dengan tepat karena semua tergantung kondisi pasar. Kita lihat saja bagaimana pasar memutuskan ke mana harga bitcoin akan bergerak hingga akhir 2017 ini," tandasnya.

Namun seperti diketahui, lima tahun lalu harga BitCoin hanya 120ribu rupiah. Pada 2017 BitCoin menyentuk rekor tertingginya yakni mencapai 2.000 dolar AS (sekitar 26,6juta rupiah). Saat ini, bitcoin.co.id melego sekeping bitcoin senilai 50,6 juta rupiah.

Selain BitCoin, popularitas mata uang digital seperti Ethereum, Ripple, dan Litecoin juga mulai menggerogoti pangsa pasar. Transaksi BitCoin yang semakin besar dan transaksi yang semakin lambat disebut sebagai alasan meningkatnya permintaan terhadap mata uang digital lain.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER