Lepas Saham, CEO Intel Dituding Sembunyikan Isu Bug Prosesor

AFP | CNN Indonesia
Sabtu, 06 Jan 2018 13:41 WIB
CEO Intel yang melepas saham pada November silam dituding telah mengetahui isu soal bug Spectre dan Meltdown.
Ilustrasi Intel. Perusahaan ini diterpa isu soal penjualan saham. (Rick Wilking)
Jakarta, CNN Indonesia -- Intel menghadapi sorotan panas setelah muncul kabar bahwa pemimpin eksekutif mereka, Brian Krzanich, menjual sebagian sahamnya pada November lalu setelah menerima laporan soal isu bug Spectre dan Meltdown pada prosesor.

Spectre dan Meltdown merupakan celah yang bisa dimanfaatkan para peretas untuk mencuri informasi tanpa diketahui pengguna gawai itu sendiri. Permasalahan ini membuat raksasa-raksasa teknologi dunia seperti Amazon, Google dan Apple kini berlomba-lomba untuk mencari jalan keluar.

Dikutip dari Reuters, kelemahan pada prosesor ini diketahui Google sejak pertengahan tahun lalu, dan langsung dilaporkan kepada Intel dan beberapa perusahaan pembuat prosesor lainnya. Google menyatakan bahwa mereka melaporkan soal Spectre pada 1 Juni 2017 dan Meltdown pada 28 Juli 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya saja, laporan soal cacat pada prosesor ini baru terungkap ke publik dalam beberapa hari terakhir.

Pada kuarter keempat tahun lalu, CEO Brian Krzanich, dalam beberapa tahapan menjual nyaris 900 ribu saham. Berdasarkan laporan TechCrunch, saat ini Krzanich hanya memegang 250 ribu saham, atau nilai minimal yang harus dipegang oleh CEO Intel.

Juru bicara perusahaan mengatakan kepada Bloomberg bahwa penjualan saham itu tak terkait masalah keamanan yang kini sedang mereka hadapi, tapi sudah sudah disetujui dan direncanakan jauh-jauh hari.

Sebagai catatan, proses pelepasan saham sendiri merupakan hal biasa dilakukan oleh pemimpin eksekutif perusahaan dan bukan merupakan indikasi performa. Hanya saja, biasanya seorang CEO memegang saham lebih besar dari syarat minimal sebagai sinyak kepercayaan bagi para pemodal.

Berlomba-lomba Pembaruan

Isu Spectre dan Meltdown membuat nyaris seluruh prosesor mikro yang diproduksi Intel, AMD, dan ARM dalam kurun 10 tahun terakhir terpengaruh.

Tidak ada komputer atau perangkat telepon genggam yang bisa berfungsi tanpa komponen berukuran mini yang berperan sebagai "pusat syaraf" pengeksekusi program dan aplikasi itu.

Hal inilah yang membedakan masalah keamanan Spectre dan Meltdown ini dari sebelum-sebelumnya, yang biasanya berkutat di masalah piranti lunak, ketimbang piranti keras.

Chris Morales, kepala keamanan sekuritas di Vectra, menyatakan bahwa secara teori, Spectre dan Meltdown bisa membuat seorang pengguna bisa mengakses memori suatu gawai dan mendapatkan informasi-informasi penting yang tersimpan di dalamnya. Misalnya saja kata sandi sistem.

Sementara itu, seorang insinyur piranti lunak di Mozilla, Luke Wagner, dalam tulisannya menyatakan bahwa "sangat mungkin untuk menggunakan teknik serupa yang didapatkan dari situs untuk membaca informasi pribadi."

Secara efektif, seluruh perangkat elektronik yang diproduksi dalam beberapa tahun terakhir memiliki chip yang sangat rentan bahaya.

Para pemain besar di sektor teknologi informasi ini --termasuk di antaranya Amazon, Google, Microsoft, dan Mozilla-- kini berlomba-lomba mengeluarkan pembaruan untuk menghilankan cacat ini.

Perusahaan raksasa Amerika, Intel, dan juga rival-rival terberatnya seperti AMD dan ARM, juga telah menerapkan pembaruan.

Dalam pernyataannya, Kamis (4/1), Intel menyatakan bahwa mereka "telah membuat kemajuan signifikan untuk menerapkan pembaruan" untuk mengatasi ancaman-ancaman.

"Intel menargetkan untuk mengeluarkan pembaruan untuk lebih dari 90 persen produk prosesor yang dikenalkan ke pasar dalam lima tahun terakhir," ujar pernyataan resmi Intel.

Apple yang selalu menyarankan penggunanya untuk mengunduh aplikasi hanya dari toko aplikasi resmi mereka untuk alasan keamanan, menyatakan bahwa mereka telah mengambil langkah mitigasi. Mereka juga akan mengeluarkan pembaruan untuk peramban Safari baik di macOS maupun iOS dalam beberapa hari ke depan.

Hanya saja, beberapa ahli meyakini bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengganti prosesor itu sendiri -- yang merupakan masalah besar saat ini.

Namun, ahli-ahli pun menegaskan bahwa meretas chip prosesor itu membutuhkan keahlian tingkat tinggi, sehingga risiko peretasan sesungguhnya terminimalisir.    

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER