Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (
Kemenkominfo) mencatat telah menemukan sedikitnya 17 ribu konten berbau
radikalisme sepanjang 13-19 Mei usai rentetan peristiwa teror yang terjadi dua pekan lalu.
Dari jumlah tersebut, hampir lima ribu diantaranya merupakan konten yang diadukan oleh masyarakat melalui situs pengaduan konten negatif, aduankonten.id.
Atas aduan tersebut, Kemenkominfo sudah memblokir 2.528 konten radikal di internet, dan sisanya sebanyak lebih dari 14 ribu konten masih dalam tahap proses verifikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pokoknya kami sisir terus, Kominfo dengan Polri menyisir terus, patroli," ujar Menkominfo Rudiantara di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jumat lalu (18/5).
Rudiantara berharap masyarakat terus mengambil peran aktif dalam melaporkan akun-akun di media sosial yang terkait dengan radikalisme.
Untuk menangkal penyebaran radikalisme, masyarakat diimbau untuk melakukan langkah-langkah seperti setop menyebarluaskan pesan yang mengandung konten radikal, menandai akuun yang memuat konten radikalisme dan terorisme, serta mengadukan konten tersebut melalui jalur aduan yang telah disediakan.
Sebelumnya, rentetan bom meledak di tiga gereja di Surabaya disusul ledakan di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo, Minggu (13/5). Selang sehari pada Senin (14/5) pagi, serangan teror terjadi di markas Polrestabes Surabaya.
Dua hari kemudian pada Rabu (16/5) pagi, kelompok teroris juga melakukan penyerangan di Mapolda Riau dengan menggunakan senjata api, senjata tajam, dan bahan peledak.
(evn)