Jakarta, CNN Indonesia -- Penjahat siber sering menggunakan laman Facebook palsu untuk melancarkan kejahatannya. Mereka sengaja membuat laman palsu ini untuk menipu pengguna dengan teknik
phising.
Laman memang serupa dengan Facebook guna mengecoh pengguna agar mengira tengah
login di laman asli. Mereka lalu mencuri data alamat surel dan
password Facebook yang dimasukkan di laman palsu ini.
Menurut data Kaspersky Lab, hampir 60 persen (58,69 persen) upaya phising selama kuartal pertama (Q1) 2018 berupa laman Facebook palsu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal serupa terjadi pada periode yang sama tahun lalu. Angka ini didapat dari upaya
phising yang berhasil dicegah
software keamanan Kaspersky. Total
phising yang dicegah Kaspersky di Q1 2018 adalah 3,6 juta upaya.
Facebook memang jadi sasaran
phising yang paling disukai penjahat siber. Sebab, Facebook adalah satu dari tiga sasaran teratas phising (8 persen), disusul Microsoft (6 persen), dan Paypal (5 persen).
Pasalnya ada 2,13 miliar pengguna aktif Facebook di dunia. Semakin banyak pengguna suatu layanan, makin empuklah target bagi para penjahat siber.
Banyaknya pengguna ini pula yang menjadi alasan mengapa lebih banyak
malware dan virus beredar di sistem operasi Windows ketimbang lainnya.
Untuk kategori media sosial, Facebook juga meraja. Facebook menempati posisi teratas sebagai objek tindakan phising. Disusul oleh layanan media sosial Rusia VK di peringkat kedua (20,86 persen) dan LinkedIn di peringkat ketiga (12,91 persen).
Phising adalah teknik penipuan di internet untuk mencuri data pribadi korban. Pelaku kejahatan siber ini membuat salinan situs media sosial dan memancing korban untuk mengisikan data pribadi berupa nama, kata sandi, nomor kartu kredit, dan sebagainya di situs palsu itu.
Banyaknya jumlah kasus phising membuktikan bahwa data pribadi merupakan tambang berharga saat ini. Tak cuma berharga bagi organisasi atau perusahaan, tapi juga bagi para pelaku kejahatan dunia maya.
Analis konten situs di Kaspersky Lab Nadezhda Demidova mengatakan bahwa salah satu faktor maraknya tindak kejahatan phising adalah ketidakwaspadaan para pengguna internet, khususnya media sosial.
"Walaupun sudah banyak kejadian di dunia maya yang terjadi secara global, tapi orang tetap mengklik tautan yang tidak aman dan memberi izin aplikasi tak dikenal untuk mengakses data pribadi," jelas Nadezhda dalam keterangan tertulis yang diterima
CNNIndonesia.com, Selasa (5/6).
Kaspersky Lab mengimbau para pengguna internet untuk lebih berhati-hati dan selalu memeriksa alamat atau tautan apa pun sebelum melakukan klik. Pengguna internet pun disarankan untuk tidak menggunakan koneksi Wi-Fi yang tidak dikenal atau yang bersifat publik tanpa perlindungan kata sandi.
Sehingga, baiknya pengguna internet tidak membagikan data pribadi yang bersifat sensitif seperti kata sandi, data kartu bank, dan semacamnya kepada pihak ketiga.
(eks)