Jakarta, CNN Indonesia --
Majalah Global Asia edisi Juni 2018 merilis 150 Richest Indonesian. Pada urutan-urutan teratas, masih dihiasi pemain-pemain lawas yang dikenal dengan usaha mereka yang menggurita. Nama Robert dan Michael Hartono sebagai pemilik grup Djarum berada diperingkat 1 dengan kekayaan US$21 miliar.
Peringkat kedua ditempati oleh Eka Tjipta Widjaja yang jadi pemilik grup Sinar Mas dengna kekayaan nyaris setengah dari keluarga Hartono, US$13,9 miliar. Sementara tempat ketiga ditempati oleh klan Salim lewat bisnis First Pasific dengan kekayaan US$11,5 miliar.
Namun menariknya para pemilik perusahaan startup
unicorn juga mulai unjuk gigi sebagai orang kaya baru (OKB) di Indonesia. Sebab, lima nama terbawah dari daftar ini berisi nama empat founder startup unicorn di Indonesia.
Ferry Unardi (30) founder
Traveloka menempati urutan 146 dengan kekayaan US$145 juta, mengungguli tiga rekan lainnya. Menyusul diposisi 148 ada nama
William Tanuwidjaya (36) founder
Tokopedia dengan kekayaan US$130 juta. Pemilik e-commerce
Bukalapak yang jadi pesaing Tokopedia,
Achmad Zaky (31) ada di posisi 149 dengan kekayaan US$105 juta. Sementara
Nadiem Makarim (33) yang menjadi bos
Gojek, ada diposisi buncit (150) dengan kekayaan US$100 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya lagi, keempat founder ini termasuk orang termuda dari daftar 150 orang kaya di Indonesia yang rata-rata sudah berusia lebih senior dari mereka. Ferry Unadi dari Traveloka bisa dibilang sebagai orang kaya termuda yang ada dalam daftar ini.
Berikut profil dari keempat OKB tersebut:
1. Ferry Unardi (posisi ke-146, kekayaan US$145 Juta)Ferry adalah CEO dari perusahaan Unicorn karya anak bangsa, Traveloka. Bisnis yang awalnya hanya merupakan platform pemesanan tiket pesawat ini dirintis Ferry bersama dua orang temannya saat kuliah, Derianto Kusuma dan Albert Zhang.
Saat ini, bisnis Traveloka sudah banyak berkembang dan melayani tak hanya pemesanan tiket pesawat, tetapi juga kereta api, hotel, dan atraksi-atraksi di tempat wisata. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, pria kelahiran Padang, 16 Januari 1988 ini melanjutkan studinya di Purdue University, Amerika Serikat dengan jurusan Computer Science and Engineering pada tahun 2004.
Ia memperoleh gelar Bachelor of Science di bidang Mathematics and Computer Science dalam waktu empat tahun. Ia sempat bekerja sebagai seorang software engineer di Microsoft selama tiga tahun setelah lulus kuliah, tetapi ia tak puas dengan kariernya di raksasa teknologi tersebut.
Ferry pun memutuskan untuk kembali menimba ilmu di Harvard Business School, Amerika Serikat. Pada saat itulah ide membangun bisnis Traveloka digagas, berangkat dari kesulitannya memesan tiket pesawat ketika hendak pulang ke Indonesia.
Setelah merintis Traveloka pada bulan Maret 2012, Ferry memutuskan untuk tak melanjutkan pendidikannya di Harvard dan fokus untuk mengembangkan bisnis. Jika melihat kesuksesan Traveloka dan kekayaan Ferry yang kini sudah mencapai US$145 juta di usia 30 tahun, keputusan untuk berhenti kuliah rasanya dapat dikatakan sebagai langkah yang tepat.
2. William Tanuwijaya (posisi ke-148, kekayaan US$130 juta)Berbeda kisah dengan pendiri Traveloka, William Tanuwijaya bukan berasal dari keluarga serba berlebih. Pria kelahiran Pematang Siantar ini disekolahkan oleh orangtuanya ke Jakarta untuk mendapat pendidikan yang baik.
Semasa kuliah pun dia sempat menghidupi dirinya dengan kerja sambilan di warnet. Berasal dari situ dia melihat potensi Internet yang tanpa batas.
 William Tanuwijaya. (Foto: Dok. Tokopedia) |
Lulus kuliah, pria berumur 36 tahun ini bekerja di perusahaan software engineering. Idenya untuk membuat market place akhirnya diwujudkan dengan kedatangan investor luar negeri ke Indonesia.
Dengan bahasa Ingris yang pas-pasan, dia berhasil menarik perhatian investor dan mengantongi pendanaan hingga US$100 juta. Saat ini dia memiliki kekayaan sebesar US$130 juta dan menempati posisi ke 148 orang terkaya di Indonesia versi Asia Globe.
3. Achmad Zaky (posisi ke-149, kekayaan US$105 juta)Pria yang lahir di Sragen, Jawa Tengah ini telah terjun ke dunia teknologi sedari usia dini. Saat mengenyam pendidikan SMA di Solo, Achmad Zaky sempat mewakili sekolahnya SMA 1 Solo mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk bidang komputer dan menang hingga tingkat nasional.
Tak berhenti di situ, Zaky hijrah ke Bumi Pasundan untuk bersekolah di Institut Teknologi Bandung. Saat itu, dia mengambil jurusan Teknik Informatika. Selama kuliah pun, passionnya dalam dunia teknologi sudah terlihat dengan beberapa organisasi yang dia ikuti. Dia pun pernah memenangkan Indosat Wireless Innovation Contest 2007.
 Achmad Zaky. (Dok: Aqmal Maulana/CNNIndonesia). |
Ia membuat perangkat lunak yang disebut MobiSurveyor. Perangkat ini berguna untuk melakukan perhitungan cepat dalam sebuah survei. Rangkaian pengalaman tersebut yang membuat dia merintis Bukalapak pada 2010. Passion dia pada teknologi ditambah dengan mimpi memajukan UMKM lewat Internet.
Saat ini Zaky menjadi orang terkaya di Indonesia nomor 149 dengan jumlah total kekayaan mencapai US$105 million. Dia berada di bawah Ferry Unardi Traveloka dan William Tanuwijaya Tokopedia. Namun mengungguli Nadiem Makarim Go-Jek yang berada di posisi ke-150.
4. Nadiem Makarim (posisi ke-150, kekayaan US$100 juta)Pria berusia 34 tahun ini merupakan otak di balik aplikasi ride-hailing terbesar asal Indonesia, Gojek. Meski lahir di Singapura, Nadiem adalah warga negara Indonesia dan sempat bersekolah di Indonesia sebelum pindah ke Singapura. Tamat sekolah di Singapura, pada tahun 2002 ia mulai menempuh pendidikan tinggi di Brown University, Amerika Serikat dengan jurusan International Relations.
Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia melanjutkan studinya di Harvard Business School, Amerika Serikat dan meraih gelar Master of Business Administration dalam dua tahun. Usai sarjana, Nadiem sempat bekerja sebagai seorang konsultan manajemen di perusahaan McKinsey & Company selama hampir tiga tahun, sebelum kembali menimba ilmu di program pascasarjana Harvard.
 Nadiem Makarim. (Foto: REUTERS/Beawiharta) |
Setelah mengantongi gelar Master, ia mulai merintis bisnis Gojek pada bulan Maret 2011. Beberapa bulan setelah itu, Nadiem masih sempat bekerja di perusahaan Zalora Indonesia dengan posisi sebagai managing director. Namun, tak sampai satu tahun, ia sudah meninggalkan perusahaan e-commerce tersebut.
Pada bulan April 2013 hingga Maret 2014, Nadiem kembali bekerja di sebuah perusahaan fintech bernama Kartuku (sekarang Spots) sebagai Chief Innovation Officer. Setelah keluar dari perusahaan tersebut, barulah ia fokus mengembangkan bisnis Gojek rintisannya yang kini telah menjadi Unicorn, yakni sebutan yang diberikan untuk perusahaan startup dengan valuasi lebih dari US$1 miliarBerkat kesuksesan Gojek, saat ini Nadiem sebagai CEO tercatat memiliki total kekayaan sebesar US$100 juta.
(eks/eks)