Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG) menjelaskan mengapa
gempa bumi yang terjadi di Lombok pada Minggu (5/8) kemarin berpotensi menimbulkan
tsunami.
Salah satu karakteristik gempa yang dapat memicu tsunami adalah titik pusat gempa (episenter) yang berada di bawah laut. Sedangkan, episenter gempa kemarin terletak di darat.
Kepala BMKG Pusat Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa sumber gempa bukan satu titik saja, melainkan bidang patahan lempeng tektonik yamg memanjang hingga masuk ke dasar laut, dekat pantai di Lombok Utara. Oleh karenanya, gempa itu berpotensi memicu tsunami.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengatakan setelah BMKG mengeluarkan peringatan waspada tsunami, terjadi tsunami-tsunami kecil di empat titik.
"Masing-masing di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, Desa Lembar 9 cm, dan Benoa (Pukul 19.58 WIB) 2 cm. Kemudian peringatan dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada malam yang sama, 5 Agustus lalu," paparnya dalam pernyataan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com.
Dwikorita juga menuturkan bahwa status ancaman tsunami pada tingkat waspada artinya akan terjadi tsunami dengan ketinggian kurang dari 0,5 meter.
"Prediksi status ancaman yang dibuat oleh BMKG dipandang cukup akurat karena ketinggian tsunami berdasarkan monitoring
tide gauge ternyata memang mencapai kurang dari 0,5 meter," jelasnya.
Selain sejumlah tsunami kecil, gempa berkekuatan 7 skala Richter kemarin (5/8) malam juga menyebabkan terjadinya gempa-gempa susulan. Berdasarkan pantauan BMKG hingga pukul 15.00 WIB tercatat sebanyak 170 gempa bumi susulan. Namun, yang dirasakan oleh masyarakat hanya sebanyak 13 gempa.
Menurut Dwikorita, gempa bumi susulan merupakan mekanisme alam untuk menghabiskan sisa energi gempa sebelum batuan atau lempeng bumi kembali ke kondisi stabil.
Berdasarkan pantauan BMKG hingga pukul 17.00 WIB tercatat sebanyak 176 gempa bumi susulan. Namun, yang dirasakan oleh masyarakat hanya sebanyak 13 gempa.
[Gambas:Video CNN] (evn)