Jakarta, CNN Indonesia -- Selama bertahun-tahun, para ahli astronomi menerka-nerka ada atau tidaknya es di
bulan. Kini, sebuah studi telah memastikan bahwa terdapat es di bagian kutub bulan.
Bukti pertama keberadaan es di kutub bulan ditemukan oleh sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Shuai Lu dari University from the Hawaii dan Brown University. Penelitian ini juga dibantu oleh seorang anggota dari NASA Ames Research Center, Richard Elphic.
Es yang mereka temukan berdasar pada temuan yang dikumpulkan oleh sebuah alat milik Lembaga Antariksa Amerika Serikat (
NASA) bernama Moon Mineralogy Mapper (M3). Melalui data dari M3, para peneliti dapat mengidentifikasi tiga tanda yang membuktikan bahwa terdapat es di permukaan bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2008 silam, M3 diluncurkan ke bulan dengan pesawat ruang angkasa Chandrayaan-1 milik Indian Space Research Organization. Alat yang disebut spektrometer ini dipakai untuk melihat spektrum cahaya dan mengukur panjang serta intensitas gelombang.
Dengan kemampuan tersebut, M3 dikirim ke bulan untuk memastikan keberadaan es di sana dengan cara mengumpulkan komponen-komponen yang dapat memantulkan cahaya dan diduga berwujud es.
Selain itu, M3 juga mampu mengukur bagaimana komponen-komponen tersebut menyerap sinar infra merah. Dengan informasi itu, para peneliti dapat membedakan es dari uap atau cairan.
Dilansir dari
Tech Times, es bercampur dengan bebatuan di permukaan kawah bulan yang terletak di bagian bulan paling utara dan paling selatan. Wilayah ini diketahui sebagai bagian bulan yang tergelap dan terdingin. Akibat kemiringan sumbu rotasi bulan, area-area tersebut memang tak terjangkau sinar matahari.
Sebelumnya, pesawat ruang angkasa NASA bernama Clementine yang diluncurkan pada tahun 1994 sudah pernah mengindikasi keberadaan es di bulan. Namun, pengukuran yang berhasil dikumpulkan tidak cukup meyakinkan.
(eks)