Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa negara bagian di
Amerika Serikat baru saja dihantam oleh
topan Florence pada akhir pekan lalu. Setelah
angin topan menyerang, daerah-daerah yang terdampak pun diguyur hujan deras yang berujung pada banjir.
Angin topan Florence berasal dari sebuah gelombang tropis kuat yang muncul di lepas pantai barat Afrika pada 30 Agustus 2018 lalu. Di Samudra Atlantik, musim angin topan biasanya berlangsung dari awal Juni hingga November, dan angin topan akan mencapai puncak aktivitasnya sekitar tanggal 10 September.
Melansir
Business Insider, menurut Pusat Angin Topan Nasional Amerika Serikat (The National Hurricane Center) badai terbentuk di atas air laut yang hangat di dekat garis khatulistiwa, ketika suhu permukaan laut setidaknya 80 derajat Celsius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat kelembapan udara naik, ia akan melepaskan energi yang membentuk badai petir. Ketika terbentuk banyak badai petir, angin mulai berputar secara spiral ke atas dan mengarah keluar, sehingga menciptakan pusaran.
Saat angin berembus, terbentuk sebuah area bertekanan rendah di atas permukaan laut. Pada titik ini, angin topan membutuhkan kemiringan kecepatan angin yang rendah untuk membentuk siklon yang menjadikannya angin topan.
Pada Jumat (7/9) kemiringan kecepatan angin sempat melemahkan Florence dan menurunkan statusnya menjadi Badai Tropis. Namun, pada Senin (10/9) Florence kembali menguat dan statusnya berubah lagi menjadi Angin Topan kategori 4 dengan kecepatan angin 220 km/jam.
Florence sempat melemah lagi, tetapi kemudian menguat kembali pada Selasa (11/9). Namun, meningkatnya kemiringan kecepatan angin menyebabkan kekuatan Florence berangsur-angsur berkurang. Pada Kamis (13/9) status Florence telah turun hingga Angin Topan kategori 1, sebelum mendarat di bagian selatan pantai Wrightsville, North Carolina.
Setelah mencapai daratan, Florence memicu terjadinya hujan yang sangat lebat dan menyebabkan banjir di wilayah North Carolina dan South Carolina pada Sabtu (15/9).
Karena Florence digerakkan oleh udara hangat, ia mampu membawa lebih banyak air karena udara hangat umumnya menampung lebih banyak air daripada udara dingin.
"Sistem badai ini menumpahkan hujan yang dahsyat di beberapa tempat yang diukur dengan kaki dan bukan inci," kata Gubernur North Carolina Roy Cooper, dikutip dari Reuters dan AFP.
Negara bagiannya diberitakan mengalami rekor curah hujan, yang diperkirakan datang dari badai, dengan lebar 300 mil (480 km).
Meski kerap kali dianggap sama, badai dan angin topan sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda. Dilansir dari EarthSky, angin dikategorikan sebagai badai tropis dan bakal diberi nama saat memiliki pola sirkulasi memutar dan kecepatan anginnya memiliki 63 km/jam. Lebih lanjut, badai tropis dikategorikan sebagai angin topan ketika kecepatan anginnya mencapai 119 km/jam.
Dalam bahasa Inggris, badai disebut sebagai storm, sedangkan angin topan disebut
hurricane. Selain penyebutan dan perbedaan kecepatan anginnya, badai dan angin topan juga terbentuk dengan cara yang berbeda.
Permukaan dari badai tekanan rendah biasa akan cenderung mengarah ke udara dingin, dan ahli meteorologi dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Joel Cline mengatakan bahwa hal tersebut tidak sama dengan pembentukan angin topan
"Dalam pusaran angin, tidak ada udara dingin yang sesungguhnya. Ia bekerja mirip seperti cerobong asap," ujar Cline, mengutip
National Geographic.
Saat udara mengalir masuk melalui bagian bawah angin topan, ia akan keluar melalui bagian atas. Jika kemiringan kecepatan angin tinggi, ia bakal memiringkan hurikan dan membuatnya lebih sulit untuk mengalirkan udara hangat melewati topan sehingga melemahkan badai.
Sedangkan, ketika kemiringan kecepatan angin rendah, badai tetap memiliki pusat dan siklus udara hangat dapat mengalir lebih efisien. Cline mengatakan Angin Topan Florence memiliki kemiringan kecepatan angin tinggi, tetapi ia masih mampu mempertahankan pusat sirkulasi.
Selama perjalanannya, Florence dapat tetap mempertahankan kekuatannya karena terdapat sejumlah massa daratan untuk memperlambat pertumbuhan badai. Hal itu berarti, ketika Florence akhirnya menyentuh daratan, ia bisa beraksi dengan kekuatan penuh.
"Sedikit pelemahan dapat terjadi, tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa Florence masih merupakan badai berbahaya. Florence akan memiliki dampak yang luas, "kata administrator Federal Emergency Management Agency Brock Long dalam sebuah cuitan di Twitter.
[Gambas:Video CNN] (rbc/age)