Tilang CCTV Mengundang Pro Kontra Masyarakat

Rayhand Purnama | CNN Indonesia
Jumat, 21 Sep 2018 17:33 WIB
Uji perdana tilang CCTV atau electronic traffic law enforcement (e-TLE) di DKI Jakarta pada Oktober 2018.
CCTV 24 jam mengintai para pelanggar lalu lintas. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Uji perdana tilang CCTV atau electronic traffic law enforcement (e-TLE) di DKI Jakarta pada Oktober 2018 mendapat respons dari masyarakat Jakarta dan sekitarnya. M. Yusuf, warga Cipete, Jakarta Selatan ini termasuk yang menyetujui aturan dengan sistem tilang CCTV.

Menurut Yusuf, sistem tilang kamera otomatis lambat laun akan menertibkan para pengendara. Selama ini masih banyak pengendara yang mengabaikan rambu-rambu lalu lintas, dari mulai menerobos lampu lalu lintas, mengemudi di atas batas kecepatan, sampai dengan berkendara tanpa helm.

"Ya bagus dong (tilang CCTV), tahu sendiri Jakarta itu sudah semrawut. Polisi juga pusing kali ngaturnya," kata Yusuf kepada CNNIndonesia.com di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain membuat pengendara menjadi lebih tertib, ia berharap tilang CCTV setidaknya bakal mengurangi angka kemacetan yang sudah menjadi momok di jalanan Jakarta.

"Jakarta itu sudah macet. Tambah lagi banyak orang yang tidak sabaran saat di lampu merah, sodok sana sini. Dengan tilang CCTV mungkin orang bakal lebih tertib, teratur di lampu merah, jadi jalanan lebih lancar," ucap dia.

Hal senada juga diungkapkan oleh Radi Setiawan. Ia mendukung rencana kepolisian yang membuat sistem tilang menggunakan kamera di DKI Jakarta.

"Orang sudah tahu sendiri, orang pada ikut aturan kalau ada polisi, saya aja terkadang begitu. Makanya saya dukung, harusnya kenapa tidak dari dulu saja," ungkap dia.

Ia berharap dengan diterapkannya aturan ini bisa menindak tegas para pelanggar. Bahkan, ia ingin sistem tilang CCTV diperluas ke wilayah lain di Jakarta dengan tujuan membuat jera para pengendara motor atau mobil yang tak taat aturan.

"Ya bila perlu diperluas, kan banyak daerah Jakarta yang lalu lintasnya amburadul," ucap Radi yang berkantor di kawasan Kuningan.

Tidak semua masyarakat menyetujui tilang CCTV di DKI Jakarta. Ada juga masyarakat yang menolak sistem ini, salah satunya Ilham. Pemuda yang dalam kesehariannya menjadi pengendara ojek online ini menilai sistem baru tersebut bisa saja membuat polisi 'salah sasaran' menindak pelanggar.

Sebab, dari informasi yang Ilham dapat, tilang CCTV dengan cara memindai pelat nomor polisi kendaraan yang melanggar.

"Ya kan bisa saja motor saya lagi dipakai sama teman. Eh tahu-tahunya, sampe surat tilang ke rumah saya karena STNK kan pakai nama saya. Kalau sebelumnya itu tilang ya bisa pakai SIM dari yang melanggar," ucapnya.

"Makanya pakai aturan yang lama saja bila perlu, yang salah ya dia yang ditilang," lanjut Ilham.

Di samping itu Agus Mulyanto mengatakan bahwa sebaiknya pemerintah membenahi mekanisme tilang CCTV, mulai dari sosialisasi secara meluas sebelum aturan resmi diterapkan menindak para pelanggar lalu lintas.

Karyawan salah satu perusahaan swasta di Jakarta ini pada dasarnya setuju dengan tilang berbasis kamera di Jakarta.

"Jakarta itu kalau kata saya beda sama daerah lain. Makanya sosialisasinya harus gencar dulu deh, baru tilang itu diberlakukan. Jakarta ini jumlah motor, mobil belum ama kendaraan lain yang melintas banyak soalnya," tutup Agus. (mik)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER