Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan siap untuk membangun alat deteksi dini
tsunami,
buoy. Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza mengatakan buoy diperlukan untuk mendeteksi dini gelombang tsunami.
"BPPT punya pengalaman dalam membuat buoy pendeteksi tsunami. Dan siap jika ditunjuk untuk membuatnya lagi," kata Hammam di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis, (10/4).
Hammam menyebut buoy merupakan alat penting yang bisa memberikan data akurat saat gelombang berpotensi tsunami muncul. Dengan adanya buoy.
BPPT menilai pentingnya penguasaan teknologi untuk siaga bencana. Teknologi deteksi dini buoy perlu diadakan untuk langkah mitigasi bencana untuk mengurangi potensi korban atau dampak infrastruktur yang besar terhadap suatu daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Siap siaga bencana harus diawali dengan adanya langkah mitigasi, sangat penting agar masyarakat di wilayah yang berpotensi bencana, memiliki waktu evakuasi yang cukup. Untuk itu dibutuhkan teknologi yang mampu mendeteksi dini atau
early warning system, baik untuk tsunami maupun untuk bencana lain," tuturnya.
Hammam mengatakan ahli Geologi menyarankan agar buoy disebar sebanyak 23 lokasi di seluruh Indonesia. Harga satu buoy diperkirakan sekitar Rp6 miliar.
Hammam juga mengakui biaya operasional buoy sangat tinggi. Bisa mencapai Rp600 juta.
"Dari Rp6 miliar tadi pukul rata perawatan bisa 10 sampai 20 persen per tahun," kata Hammam.
Dengan adanya buoy, Hammam mengatakan Indonesia memiliki ketahanan nasional bencana. Hammam mengatakan Indonesia harus memiliki
master plan dalam urusan
recovery dan mitigasi bencana.
"Kita harus mencapai ketahanan terhadap bencana. Negara kita ingin ketahanan pangan, energi, lingkungan, kita perlu ketahanan bencana. Banyak aspek," tutur Hammam.
Hammamm menyebut dengan adanya
master plan diharapkan infrastruktur krusial di area bencana seperti listrik hingga akas jalan bisa diakali.
"Karena infrastruktur yang harus
recover itu berkaitan. Di Palu saja listrik belum masuk, berkaitan ke jaringan listrik. Jaringan listrik butuh pasokan
genset, terkendala rusak akses jalan, bandara ditutup, pelabuhan ditutup," tutur Hammam.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Sutopo Purwo Nugroho sebelumnya menyebutkan 22 buoy tsunami milik Indonesia tidak berfungsi karena rusak.
Saat ini Indonesia tidak memiliki buoy yang aktif untuk alat deteksi dini, Indonesia hanya mengandalkan alat seismograf untuk mengukur gempa dalam mendeteksi tsunami.
(jnp/age)