Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mencanangkan teknologi
Cable Based Tsunameter (CBT) untuk deteksi tsunami sebagai alternatif buoy.
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza menjelaskan konsep CBT adalah memasang sensor pendeteksi tsunami dipasang di kabel bawah laut untuk deteksi tsunami.
Data yang diperoleh dari sensor ini nantinya akan diantarkan melalui kabel ke pusat data. Hammam mengatakan jaringan kabel CBT lebih cepat mengantarkan data deteksi daripada buoy yang memakai satelit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hammam menyebut biaya pembangunan atau pengeluaran modal CBT bisa mencapai triliunan rupiah, sedangkan buoy hanya miliaran. Kendati demikian, CBT memiliki biaya perawatan yang lebih rendah dari buoy.
"Saat ini kami fokus CBT. Sudah banyak dibandingkan buoy, CBT itu mahal
capital expenditure tapi
operation expenditure lebih murah. Diharapkan biaya pemeliharaannya rendah. Menekan di
operation expenditure," kata Hammam di kantor BPPT, Jakarta Pusat, Kamis (4/10).
Hammam menyebut angka pengeluaran modal itu merupakan estimasi apabila pemerintah membangun jaringan khsusus sensor. Untuk menekan pengeluaran modal, pemerintah bisa bekerja sama dengan jaringan
broadband Palapa Ring. Sensor tingga dipasang di kabel yang berada di titik-titik yang ditetapkan oleh ahli Geologi.
"Kami ingin CBT ini menjadi program nasional karena seperti diketahui kita punya sistem komunikasi bawah laut Palapa Ring. Kita ingin ada
political will untuk manfaatkan
broadband network dalam deteksi
early warning tsunami," tutur Hammam.
Teknologi ini sudah diterapkan di Jepang dan Amerika. Amerika memanfaatkan kabel optik komunikasi bawah laut untuk memasang sensor. deteksi tsunami. Opsi yang paling cocok dalam penerapan CBT DI Indonesia adalah opsi yang dilakukan Amerika.
 Pantai Mamboro di Palu, Sulteng. (Foto: CNN Indonesia/Martahan Sohuturon) |
"Kalau sudah ada kabel ya tinggal pasang sensor di kabel. Kalau pasang kabel sendiri itu baru harganya triliunan. Makanya saya bilang penting agar Palapa Ring juga bisa terkoneksi dengan CBT. Jadi tidak hanya
broadband tapi juga bisa CBT," tutur Hammam.
Dipakai Sejumlah NegaraCBT ini juga telah dikembangkan di beberapa negara dan dimanfaatkan antara lain oleh Kanada, dan Oman. Dalam forum komunikasi antar perekayasa CBT di seluruh dunia disepakati CBT menjadi pilihan sebagai alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi oleh buoy, yakni vandalisme dan mahalnya biaya operasi buoy.
CBT ini di Indonesia masih merupakan konsep. Di Jepang saja kajian untuk menentukan peletakan sensor dibutuhkan waktu lima tahun.
Buoy nantinya akan tetap berjalan, Hammam mengatakan keberadaan CBT dan Buoy bisa meningkatkan langkah mitigasi bencana di Indonesia.
Hammam berharap agar BPPT diberikan kesempatan untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam merekayasa teknologi untuk kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
"Sistem peringatan dini tsunami berbasis kabel laut ini nantinya akan lebih efisien dalam konteks biaya operasionalnya. Saya ingatkan, kita tidak bisa menghentikan bencana. Namun dengan pengetahuan dan teknologi, kita bisa membuat alat deteksi tsunami untuk mengurangi korban," ujarnya.
(jnp/age)