Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti arkeologi Indonesia dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Pindi Setiawan mengungkapkan sejumlah kelebihan yang dimiliki lukisan batu tertua di dunia yang ditemukan di Kalimantan Timur.
Lukisan yang ditemui di tempat lain di era yang sama, menurut Pindi tak memiliki komposisi. Sementara Lukisan batu yang ditemukan di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat memiliki komposisi berupa cetakan tangan (stensil) tak terpisah yang membentuk pola yang hingga kini masih menjadi tanda tanya bagi peneliti.
"Perbedaan dari work art ini adalah menunjukkan stensil tangan. Mereka tidak hanya mencetak satu tangan tetapi mengkombinasikannya menjadi bentuk-bentuk tertentu. Kadang begini(menyilangkan tangan), kadang begini (banyak tangan), kadang seperti tari kecak," jelas Pindi kepada
CNNIndonesia.com pada Kamis (8/11) di Gedung A Kemendikbud, Jakarta Pusat di acara publikasi jurnal 'Paleolithic cave art in Kalimantan'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada, Max Auber pemimpin penelitian dari Griffith University, Australia mengatakan bahwa sejauh karirnya sebagai peneliti ia tak pernah menemukan gambar-gambar semacam itu. Ia mencurigai, tangan-tangan yang dicetak membentuk suatu pola seperti pohon keluarga.
"Saya belum pernah melihat
work art seperti ini sebelumnya. Hanya di sini mereka seperti terlihat disatukan, mungkin itu adalah pohon keluarga," jelasnya.
Stensil tangan menjadi salah satu gambar yang kerap ada di lukisan purba, namun menurut peneliti yang dikombinasikan pada temuan kali ini belum ada sebelumnya.
"Kalau cap tangan banyak di Indonesia. Misalnya di Maros, di sana keistimewaannya adalah mereka menajamkan kukunya," lanjut Pindi yang juga menjadi co-leader dalam studi kolaborasi terbaru bersama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKENAS).
Ia mengungkapkan gambar yang ditemuan termasuk lukisan banteng, tapir, daun, hingga kadal warna-warni berusia 40 ribu tahun di lubang Jeriji Saleh, Kalimantan Timur.
"Gaya tertua yang berusia 40 ribu tahun dicirikan oleh figur binatang berwarna oranye kemerahan yang sangat besar," ucapnya.
Sejauh ini peneliti menduga tujuan manusia kala itu menggambar di atas batu untuk menyatakan kepemilikan area. Selain itu, kemungkinan lukisan tersebut juga memberi pernyataan peningkatan status, misal dari masa remaja ke dewasa.
"Ada juga kemungkinan itu pohon keluarga ya karena ada banyak telapak tangan dewasa kemudian anak-anak di bawahnya dan mereka dihubungkan dengan garis," lanjut Pindi.
Selain bentuk, peneliti juga menemukan penggunaan warna mulai dari oranye hingga ungu. Kemungkinan peneliti menduga penggunaan warna berkaitan dengan aspek kepercayaan spiritual, budaya, hingga ideologi yang dianut pelukisnya semasa hidup.
Peneliti berharap ada penelitian lanjutan untuk memastikan siapa dan apa tujuan lukisan di buat.
Hasil temuan lukisan batu tertua ini telah dipublikasikan di jurnal internasional, Nature pada Rabu (7/11).
(kst/evn)