Jakarta, CNN Indonesia --
WhatsApp memberikan hibah sebesar US$50 ribu atau Rp741,9 juta kepada 20 tim peneliti untuk mengilangkan peredaran
hoaks di layanan pesan instan miliknya di seluruh dunia.
Para peneliti diminta untuk mencari tahu bagaimana peredaran berita palsu itu beredar. Saat mengumumkan kompetisi ini pada Juli lalu, WhatsApp menerima lebih dari 600 proposal kiriman berbagai tim riset di seluruh dunia.
Peneliti Utama WhatsApp Mrinalini Rao mengakui bahwa masalah hoaks merupakan tantangan jangka panjang. Ia juga menambahkan bahwa studi penelitian tersebut membantu perusahaan untuk membangun pembaruan di platform WhatsApp.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan hasil penelitian pada Juli lalu, fokus utama dari peredaran berita palsu ini terkait dengan pemilihan umum. Selain itu, ada juga penelitian yang menganalisis perilaku memilih dalam pemilihan Brazil 2018 serta penyalahgunaan WhatsApp pada kalangan pengguna di Indonesia.
Melihat maraknya penyebaran berita palsu tersebut, WhatsApp mengakui keterbatasannya dalam mengendalikan platform miliknya.
Menurut laporan
Huffington Post, saat ini para peneliti yang terpilih sedang berada di California untuk bertemu dengan pemimpin WhatsApp, dengan menggunakan dana hadiah tersebut.
Mereka diminta untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai bagaimana berita palsu tersebut dapat beredar serta langkah apa yang tepat untuk dilakukan oleh WhatsApp dalam membangun platformnya.
20 penerima penghargaan yang totalnya sebesar US$1 juta ini diberikan kepada berbagai negara, seperti India, Indonesia, dan Brazil. Hadiah tersebut diberikan kepada penilitian yang memiliki kredibilitas dan keterkaitan dengan pemrosesan informasi konten yang bermasalah.
WhatsApp dikabarkan akan berfokus pada pada upaya mendidik para penggunanya dalam mengatasi penyalahgunaan pada platformnya. Sejauh ini perusahaan sudah mulai menjalankan kampanye di India, seperti iklan di media cetak, online, dan radio, seperti dilaporkan
Indian Express.
(jef/eks)