Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (
Kemkominfo) mencatat peningkatan
hoaks politik sebulan jelang Pemilihan Presiden (
pilpres) 2019 pada April.
Mulai dari 1 - 20 Maret, Kemkominfo catat 200 peredaran hoaks. Kemkominfo perkirakan peredaran hoaks bisa meningkat 33,3 persen dari bulan Februari.
"Kalau bulan Februari itu 300 ada hoaks. Sementara sampai pada 20 Maret ini sudah lebih dari 200 hoaks. Akhir bulan bisa tembus 400 hoaks, kata Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas Kemkominfo Ferdinandus Setu di Kantor Kemkominfo, Jakarta Pusat, Rabu (20/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Aptika Semuel Pangerapan menjelaskan tren penyebaran hoaks adalah dengan penyebaran berita-berita yang sudah terbukti hoaks.
Semuel tidak memungkiri akan selalu ada hoaks-hoaks yang baru. Hoaks baru ini harus membahas isu yang bombastis, misalnya saja saat hoaks tujuh kontainer surat suara.
"Kalau saya lihat makin banyak tapi recycle, kebanyakan recycle hoaks yang sudah pernah ada," kata Semuel.
Semuel mengatakan pihaknya selalu mengedukasi masyarakat soal konten-konten hoaks bersama dengan pemangku kebijakan. Secara berkala, Kemkominfo juga selalu menginformasikan konten yang masuk kategori hoaks.
Semuel mengatakan pelaku penyebaran hoaks bisa terancam pasal 28 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
"Kalau dengan negara itu pasal 28, itu ada soal ujaran kebencian berita bohong langsung kita tangkap. Bukan hanya hate speech," ujar Semuel.
(jnp/eks)