Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (
LIPI), Danny Hilman Natawidjaja menilai
gempa yang terjadi di Lombok pada Minggu (17/3) lalu akibat sesar aktif tektonik.
Sesar aktif tektonik yang dimaksud Danny itu mengarah ke barat hingga timur Lombok, ditambah lagi bidang lempeng tersebut searah dengan pusat gempa besar pada tahun lalu.
"Ada sesar aktif tektonik, jadi ada pelepasan energi gempa akibat satu struktur tektonik. Di situ mengarah ke barat dan timur, bidangnya itu searah dengan bidang gempa Lombok tahun lalu, arahnya sama," kata Danny saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Rabu (20/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi masih termasuk sebagai penyesuaian dari Pulau Lombok terhadap gempa besar kemarin, untuk penyeimbangan kembali kerak bumi di sana," sambungnya.
Danny pun menilai bahwa gempa yang kembali terjadi di Lombok Timur pada Minggu (17/3) tak berpotensi menuju gempa yang lebih besar. Menurutnya gempa 'aftershock' itu tidak terlalu berbahaya.
Lalu, ia pun menghimbau kepada masyarakat Lombok untuk tidak terpengaruh dengan isu-isu bahwa akan ada gempa besar seperti yang terjadi pada 5 Agustus 2018 silam.
"Masyarakat harus menghindari kekhawatiran yang tidak beralasan. Untuk masalah ke siap siagaan, sedikitnya kita harus lebih antisipatif terhadap barang-barang yang ada di sekitar kita khususnya di rumah sendiri," terang Danny.
Senada dengan Danny, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sri Hidayati menilai gempa yang terjadi 17 Maret lalu, sama seperti gempa besar Lombok tahun lalu.
"Kalau secara epicenter gempa, sama ya tapi mekanismenya sedikit berbeda. Lokasinya kan sama juga, di Lombok Timur," kata Sri saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Rabu (20/3).
Namun kata Sri, pihaknya masih mencoba mendalami penyebab pasti gempa yang terjadi Jumat (17/3) lalu itu.
Hal itu disebabkan oleh informasi yang disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Ilmu Kebumian di Jerman (GFZ), yang mengatakan bahwa mekanisme gempa Lombok bulan ini berupa Sesar Normal, berbeda dengan gempa Lombok tahun lalu.
"Maka, kami PVMBG mengirimkan tim ke Lombok untuk mencari informasi itu, dengan melihat pola kerusakan geologi di sana," jelas Sri.
Sebelumnya, Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa pusat gempa Lombok terletak pada koordinat 8,30 lintang selatan dan 116,60 bujur timur dengan kedalaman 10 kilometer.
Pusat gempa berada di laut pada jarak 24 km timur laut Kabupaten Lombok Timur, 36 km timur laut Kabupaten Lombok Utara, 37 km barat laut Pulau Panjang, Kabupaten Sumbawa, dan 63 km timur laut Kota Mataram.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sumber gempa di Lombok, Nusa tenggara Barat (NTB) merupakan sesar lokal Gunung Rinjani, dengan akitvitas sesar (patahan) itu tak berkaitan dengan sesar saat gempa Lombok pada Agustus 2018.
"Beda, sesar yang tadi saya sampaikan ini lokal. Sumber gepma di daratan pulau dengan kedalaman 19 kilometer," kata Sutopo, Senin (18/3).
(din/evn)