Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu perusahaan pembuat
cip terbesar asal
China, Semiconductor Manufacturing International China (SMIC) memutuskan untuk menarik saham mereka dari Bursa Efek New York. Namun perusahaan mengatakan keputusan itu tidak terkait dengan meningkatnya perang dagang antara
Amerika Serikat dan China.
Perusahaan yang berkantor pusat di Shanghai ini telah memberi tahu pihak Bursa Efek New York bahwa penghapusan saham itu dilakukan secara sukarela.
Lebih lanjut, Juru Bicara SMIC mengatakan perusahaan memutuskan untuk menarik saham mereka sebab SMI mendapatkan kapasitas perdagangan yang rendah serta biaya yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"SMIC telah mempertimbangkan migrasi ini untuk waktu yang lama dan tidak ada hubungannya dengan peran perdagangan [AS-China] dan insiden Huawei. Migrasi itu membutuhkan persiapan panjang dan waktu yang tepat agar tidak menyebabkan kesalahpahaman," jelasnya, seperti yang diberitakan
CNBC.
Dilansir
Tech Crunch, saham SMIC turun sebesar 4 persen pada Jumat (24/5). Sementara itu, SMIC mencatat laba sebesar US$746,7 juta tahun 2018 dengan pendapatan sebesar US$3,36 miliar. Selain itu, hasil kuartal pertama perusahaan yang dirilis bulan Mei ini menunjukkan bahwa pendapatan SMIC turun 19 persen dari tahun ke tahun.
Semiconductor Manufacturing International China (SMIC) tidak hanya memimpin perusahaan chip di China namun memiliki jejak cukup berpengaruh di AS. Perusahaan ini menginvestasikan US$280 juta dalam jalur perakitan chip dengan Qualcomm pada 2015 silam dan memiliki usaha patungan dengan raksasa chip AS dan Huawei di tahun yang sama.
Perang dagang antara pemerintah AS dan Huawei kian memanas, raksasa teknologi asal China ini ditempatkan dalam urutan teratas daftar hitam Amerika Serikat. Pemerintah AS mengharuskan perusahaan asal negaranya mendapatkan izin dari pemerintah sebelum menjual apapun kepada Huawei.
Larangan ini membuat Huawei tidak mendapatkan lisensi versi sistem operasi Google Android yang lengkap dengan semua layanan perusahaan AS.
Namun, saat ini pemerintah AS tengah memberikan penangguhan hukuman sementara selama 90 hari untuk Huawei. Penangguhan ini memungkinkan perusahaan untuk terus menggunakan teknologi AS untuk sementara waktu.
(din/eks)