Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (
Kemenkominfo) mengatakan penggunaan frekuensi
5G di Indonesia akan mengacu pada ekosistem 5G di dunia.
Dengan begitu diharapkan para operator di Indonesia bisa berinvestasi dengan lebih murah untuk mengembangkan jaringan 5G.
Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Ismail menjelaskan investasi yang lebih murah ini disebabkan oleh ketersediaan perangkat yang mendukung frekuensi 5G yang telah distandardisasi oleh ekosistem.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada dasarnya kami akan ekosistem terbaik. Dengan itu biaya investasi para operator untuk kembangkan layanan 5G di Indonesia lebih efisien dan hemat," ujar Ismail usai acara konferensi pers diskusi The 25th Asia-Pacific Wireless Group di Tangerang, Senin (1/7).
Ismail mengatakan nantinya para penyedia atau vendor perangkat 5G pasti akan mengikuti frekuensi yang telah ditentukan oleh ekosistem. Ia mengatakan banyaknya vendor yang mendukung frekuensi ini akan membuat biaya investasi lebih murah.
"5G sendiri frekuensinya baru akan diputuskan pada bulan Oktober sampai November dalam forum World Radio Conference di Mesir. Kita akan menunggu ini (WRC) daripada kita gunakan frekuensi yang tidak didukung banyak vendor," imbuhnya.
Jelang perhelatan WRC, Ismail mengatakan Kominfo menyiapkan berbagai frekuensi mulai dari
low-band, mid-band, hingga
high-band untuk 5G.
Kominfo menyiapkan frekuensi mulai dari 600 MHz hingga 6 GHz, terutama dalam rentang 3,5 GHz hingga 4,2 GHz untuk keperluan 5G. Frekuensi 3,5 GHz dinilai memang cocok untuk menggelar 5G.
Hanya saja saat ini frekuensi 3,5 GHz telah digunakan untuk keperluan satelit. Untuk itu Kemenkominfo melakukan studi agar 5G dan satelit bisa berfungsi bersama menggunakan frekuensi 3,5 GHz.
"Kami akan gunakan studi supaya 5G dan satelit ini bekerja
co-existing. Agar bisa berdampingan tanpa saling ganggu," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN] (jnp/evn)