1,5 Juta Orang Tertipu Aplikasi Pembersih Palsu Pada PC

CNN Indonesia
Selasa, 02 Jul 2019 13:13 WIB
Kaspersky Lab menyatakan hampir 1,5 juta orang pada paruh pertama 2019 terkena penipuan melalui aplikasi 'cleaner' atau sistem pembersih palsu pada komputer.
Ilustrasi. (Foto: CNN Indonesia/ Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kaspersky Lab menyatakan hampir 1,5 juta orang pada paruh pertama 2019 terkena penipuan melalui aplikasi 'cleaner' atau sistem pembersih palsu pada komputer.

Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada 2018 dengan angka 747.322 kasus.

Aplikasi pembersih merupakan solusi untuk masalah komputer yang lambat atau berkinerja buruk. Ada banyak alat atau aplikasi untuk memecahkan masalah tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, ada banyak juga aplikasi palsu yang dikembangkan untuk meyakinkan pengguna bahwa komputer mereka dalam kondisi kritis. Kondisi tersebut seperti komputer yang kelebihan memori sehingga harus segera dibersihkan.

Pelaku kemudian menawarkan layanan berupa alat pembersihan berbayar. Kaspersky mendefinisikan aplikasi tersebut sebagai 'hoax system cleaners'.

"Kami telah menyaksikan bagaimana fenomena "hoax cleaners" ini telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, dan ini merupakan ancaman yang aneh," kata peneliti keamanan di Kaspersky Lab, Artemiy Ovchinnikov dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (2/7).

Setelah menerima izin dan pembayaran dari pengguna, pelaku memasang sebuah program palsu yang diklaim bisa membersihkan komputer. Namun yang terjadi adalah program tidak bisa berbuat apa pun, bahkan aplikasi juga bisa menginstal adware.

Kaspersky menyebut aplikasi cleaner abal-abal sering memberikan notifikasi tidak penting hingga terpaan iklan di komputer. 

[Gambas:Video CNN]

Seiring meningkatnya penipuan, ada banyak pelaku yang juga menggunakan pemasang pembersih palsu untuk mengunduh atau menyamarkan malware seperti Trojan atau ransomware.

"Di satu sisi, banyak sampel yang kami lihat menyebar lebih luas dan menjadi lebih mengancam, berkembang dari skema penipuan sederhana menjadi malware yang berfungsi sepenuhnya dan berbahaya," kata Ovchinnikov. 

Di sisi lain, Ovchinnikov mengatakan penipuan melalui alat pembersih ini sangat marak dan terlihat tidak merugikan. Oleh karena itu, para pelaku memandang penipuan lebih efektif untuk menguras uang korban daripada menggunakan malware.

Negara-negara yang paling terkena dampak serangan dengan pembersih palsu pada paruh pertama 2019 menunjukkan seberapa luas ancaman tersebut.

Jepang berada di peringkat pertama dengan 12 persen pengguna yang terdampak. Disusul oleh Jerman (10 persen), Belarus (10 persen), Italia (10 persen), dan Brasil (9 persen).

Peneliti Kaspersky memberikan beberapa tips agar pengguna terhindar dari penipuan pembersih palsu. Pertama, pengguna disarankan selalu memeriksa layanan PC yang akan dipakai adalah sah dan mudah dipahami.

Jika terkesan membingungkan, pakai mesin pencari untuk menelusuri informasi lebih lanjut mengenai suatu layanan untuk mendapat penjelasan lebih rinci.

Kedua, jika berniat mencari pembersih PC pastikan memakai sumber informasi yang bisa diandalkan dan mendapat rekomendasi dari ahli IT dengan reputasi dan ulasan meyakinkan.
(jnp/evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER