Jakarta, CNN Indonesia -- Fenomena
gerhana matahari total akan nampak hari ini (2/7). Namun,
gerhana matahari ini tidak bisa dilihat dari Indonesia. Gerhana matahari total ini bisa diamati oleh warga yang berada di Samudera Pasifik bagian selatan, Amerika Selatan, Chile, dan Argentina.
Selain Amerika Selatan dan Chile, negara-negara tetangga seperti Bolivia, Peru dan Ekuador juga bisa melihat fenomena gerhana matahari meskipun hanya sebagian.
Dilansir
Astrology Mag, gerhana matahari terjadi pada bulan baru ketika Bulan datang di antara Bumi dan Matahari. Bulan akan menutupi Matahari sebagian atau pun seluruhnya.
Selain itu, fenomena ini hanya terjadi ketika Matahari dan Bulan dihubungkan dan berada dalam jarak dekat dari salah satu node (salah satu titik sambungan atau titik akhir).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan saat gerhana matahari berlangsung, seperti yang dikutip
Times Now, yakni:
1. Jangan melihat langsung gerhana matahari tanpa pelindung mata. Bahkan, kacamata hitam pun tidak dapat menghalangi sinar matahari yang lebih cerah dari biasanya.
2. Penting untuk diingat, jangan melihat gerhana matahari terlalu lama melalui lubang jarum.
3. Selain itu, tidak disarankan untuk menggunakan teropong atau teleskop untuk melihat gerhana matahari.
4. Jangan sekadar gunakan kacamata hitam, tapi gunakanlah kacamata hitam uang memiliki filter lensa Polarized.
[Gambas:Video CNN]
Semua larangan ini disarankan untuk melindungi mata pengamat saat gerhana matahari berlangsung. Sebab, pengamatan langsung ke arah matahari dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan mata.
Gerhana matahari biasanya terjadi dalam hitungan menit. Sehingga, jika pengamat ingin memerhatikan proses terjadinya gerhana secara utuh, mereka perlu memandang matahari dalam waktu lama. Untuk itu disarankan menggunakan pelindung untuk bisa mengamati gerhana matahari dengan aman. Hal ini seperti diungkap peneliti astronomi di Observatorium Bosscha, Moedji Raharto.
"Matahari biasa pada dasarnya memang bisa merusak mata jika dipandang terus-terusan. Lagian siapa yang tahan juga kalau mau lihat tanpa henti? Jika memaksakan diri ya sudah pasti bahaya," ucap Moedji saat berbincang santai dengan CNN Indonesia beberapa waktu lalu.
Namun tidak berarti ketika baru sedetik mengamati gerhana matahari bisa langsung menyebabkan kebutaan.
"Jangan terlalu lama kalau ingin menyaksikan gerhana. Tentu saja bisa merusak mata yang memicu kebutaan karena retina terbakar. Kalau bisa pakai kacamata khusus," lanjut mantan Kepala Observatorium Bosscha itu.
Hal serupa dinyatakan oleh peneliti pusat ilmu antariksa di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Rhorom Priyatikanto. Ia beranggapan, semua orang bisa menikmati fenomena ini tanpa harus takut seperti zaman dulu, namun tetap memperhatikan kondisi yang semestinya.
"Bisa picu kebutaan kalau dilihat terus-menerus pakai mata telanjang. Wajar jika orang penasaran, namun memang tidak boleh dipaksakan sebab kerusakan yang timbul pada retina mata tidak secara langsung," ungkap Rhorom dalam obrolan terpisah.
Ia menambahkan, Gerhana Matahari Total tentu saja berbeda dengan Gerhana Bulan yang diyakini lebih aman apabila disaksikan dengan mata telanjang.
Gerhana matahari total yang terjadi hari ini tidak bisa diamati di Indonesia. Namun, Lembaga Astronomi dan Penerbangan (LAPAN) menyebut masyarakat Indonesia dapat melihat fenomena gerhana matahari cincin pada 26 Desember 2019.
Gerhana Matahari cincin merupakan gerhana yang terjadi ketika bayangan Bulan hanya menutupi bagian tengah Matahari. Sehingga menyisakan bentuk cincin api di sekeliling bayangan Bulan.