Jakarta, CNN Indonesia --
Walkman sempat menjadi tren pada sekitar tahun 90-an di Indonesia. Kemunculan walkman merevolusi cara orang mendengarkan
musik di tempat umum. Walkman kala itu memiliki pesaing dari Jerman yakni Stereobelt, namun dengan harga yang lebih mahal.
Saat itu kebanyakan orang menggunakan radio transistor, pemutar musik boom box, atau pemutar musik mobil. Namun pengguna membutuhkan alat yang lebih privat untuk mendengarkan musik. Hal ini diakui Hanna Samosir, yang mulai mendengarkan musik menggunakan Walkman saat ia masih dibangku sekolah dasar.
"Dulu waktu SD
enggak boleh beli, karena sudah ada
tape di rumah. Tapi akhirnya bisa
dengerin pas abang beli. Lebih enak aja bisa dengerin sendiri di kamar. Ngga udah bawa-bawa
tape, berat," katanya kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (5/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Popularitas walkman bahkan tak tergerus meski ketika memasuki era compact disc (CD). Sony berhasil membuat beragam inovasi hingga membuat istilah 'walkman' populer sebagai pemutar musik portabel kendati merupakan buatan merek elektronik lain. Walkman bahkan sempat menjadi kata umum buat menyebut pemutar kaset yang bisa dibawa-bawa. Layaknya Aqua yang menjadi sebutan umum untuk air minum dalam kemasan.
Walkman juga membawa kenangan cinta semasa sekolah seperti dicuitkan @SRini.
Tak jarang Walkman pun menjadi teman di kala berduka atau sendiri, seperti dicuitkan akun @iqbalsuderajat.
Hal serupa juga diungkap oleh Renata Angelica, pegawai swasta. Menurutnya ketika SD ia tak memiliki teman, sehingga hanya Walkman yang menemaninya saat pergi, pulang, dan selama di sekolah. Hanna pun mengakui hal yang sama.
"Walkman adalah teman setia
gua waktu SMP. Soalnya waktu itu ngga punya temen gara-gara di
bully," tuturnya.
Berbicara soal Walkman, tentu tak lepas dari sejolinya: kaset. Berbagai kenangan menggunakan kaset pun bergulir ketika pengguna ditanyakan kenangannya bersama Walkman seperti dicuitkan @pranagitaV.
Haryanto Tri Wibowo, pegawai swasta bernostalgia trik-trik yang ia lakukan ketika kasetnya bermasalah.
"Kaset mesti dipatahin atasnya biar ngga sengaja ketimpa rekaman kalau ngga sengaja pencet tombol record," tuturnya.
Ia pun membagikan trik-trik lain seperti mengganjal head di kaset dengan kapas biar suara kaset kembali greng dan tidak sumbang. Jika pita kaset sudah terlalu kusut sehingga tak bisa dimainkan, menurutnya triknya adalah dengan memotong bagian pita yang kusut dan menyambungnya lagi dengan selotip.
"Jadi bisa dimainin lagi deh. Emang lagunya ada yang kepotong sedikit sih."
Pengguna Walkman lainnya, Bisma Septalisma juga membagikan tip yang kerap ia gunakan ketika suara kaset tidak maksimal.
"Tombol play diganjel kalau suara kaset mleyot, nanti jari jernih lagi," ujarnya. "Jangan lupa bersihin head di tape pakai alkohol juga."
Di tahun 1981 Sony memperkenalkan Walkman II yang memiliki ukuran lebih besar dari pemutar kaset. Tiga tahun berikutnya Sony kembali mendominasi industri pemutar musik portabel lewat kemunculan Discman.
Namun era walkman tergerus seiring dengan kemunculan pemutar musik digital iPod yang pertama kali diperkenalkan oleh Apple pada 2001.