Pada kuartal dua 2019, pendapatan Uber sebesar US$3,16 miliar. Namun kerugian yang dicatat pun tak kalah besar, US$5,2 miliar. Ini adalah kerugian terbesar perusahaan tersebut, seperti ditulis
TechCrunch.
Padahal, total pendanaan yang sudah dikumpulkan perusahaan yang berdiri sejak 2009 itu sebesar US$24,7 miliar (Rp346,7 triliun) dari 22 putaran pendanaan.
Uang yang tak sedikit untuk perusahaan yang masih merugi.
Tak cuma itu, nilai valuasi perusahaan ini pun sempat turun. Pada putaran pendanaan terakhir di Januari 2018, nilai valuasi Uber turun dari US$70 miliar menjadi US$48 miliar, seperti dikutip dari
Investopedia.
Perusahaan-perusahaan ini kerap merugi lantaran mereka mencari pemasukan dan cara mendulang keuntungan sembari menjalankan bisnis. Tujuan utama mereka adalah mendapat pertumbuhan pengguna yang tinggi terlebih dulu. Soal bagaimana pendapatan dan keuntungan didapat menjadi persoalan belakangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, keuntungan yang didapat pun tak bisa instan. Perusahaan harus kerap melakukan coba-coba dan menawarkan sesuatu yang tidak pernah ada di pasar sebelumnya, sehingga tingkat kegagalannya sangat tinggi.
Tabel perbedaan model bisnis pada startup teknologi dan perusahaan konvensional (dari berbagai sumber)
| Startup teknologi | Perusahaan konvensional |
Resiko | Tingkat kegagalan tinggi. Ada 1 persen kesempatan perusahaan bernilai US$100 juta (Rp1,4 triliun) dan 99 persen kesempatan bernilai 0. Sehingga rata-rata nilainya US$1 juta | Rendah. |
Model bisnis | Sambil mencari model bisnis | Sudah terbukti dari bisnis sebelumnya, sehingga tidak butuh banyak investasi dan waktu untuk memformulasikan model bisnis yang menguntungkan |
Tujuan perusahaan | Menawarkan hal yang belum umum ada di pasar, sehingga mereka butuh investasi selama mencari bisnis model dan mengumpulkan pengguna. | Mencari keuntungan dari pasar yang sudah ada |
Fokus | Pada pertumbuhan dan mendapat pengguna sebanyak-banyaknya | Mendapat keuntungan |
Pendanaan | Butuh banyak investasi. Mencari investasi sejak awal, angel investor dan VC biasanya menaruh US$1 juta pada putaran pendanaan. Sebagai gantinya, | Pada perusahaan kecil tidak menawarkan investasi, biasanya lewat pinjaman dan mesti membayar bunga. |
Kepemlilikan | Pendiri menyerahkan persentase ekuitas dari perusahaan mereka, sebagai ganti investasi yag diberikan | Kepemilikan pribadi |
Investor | Investor sebagai peminjam modal adalah partner | Hubungan dengan peminjam modal transaksional |
Profit | Lama, karena perlu banyak riset dan berganti model bisnis untuk mendapat keuntungan | Langsung menghitung keuntungan dari hari pertama |
Pertumbuhan | Cepat | Lambat |
Selain itu, jika perusahaan konvensional mencari pinjaman untuk memperbesar usaha mereka, maka
startup mengandalkan investasi. Imbasnya, kepemilikan perusahaan dibagi dengan para investor. Sementara pemilik perusahaan konvensional memiliki perusahaannya secara utuh.
Perusahaan startup teknologi juga mengincar basis pasar yang luas.
Sebab, mereka beroperasi di internet yang bisa diakses oleh siapa saja tanpa terbatas wilayah tertentu. Sementara perusahaan konvensional yang punya kehadiran fisik punya keterbatasan jangkauan pada masyarakat pada wilayah tertentu saja.
Misal, warung kopi yang hanya bisa dikunjungi mereka yang ada di kota tertentu saja. Akibat jangkauannya yang luas, perusahaan teknologi punya potensi untuk bertumbuh lebih cepat dari perusahaan konvensional.
(eks)