Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti
LIPI menyebut potensi bahaya
longsor aliran di kawasan
pertambangan batu bara tidak berdampak langsung terhadap pemukiman warga. Hal ini diungkap Peneliti bidang Geoteknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari terkait longsor aliran yang terjadi di kawasan pertambangan batu bara di Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara (Kaltara).
Sebab, menurutnya daerah tambang batu bara biasanya terletak jauh dari pemukiman. Selain itu, bahaya longsor biasanya terjadi sebagai dampak susulan dari longsor aliran. Misal ketika longsoran masuk ke sungai dan mengikis daerah sepanjang aliran sungai yang terdapat pemukiman penduduk.
"Letak daerah tambang batubara biasanya jauh dari pemukiman. Akan tetapi, jika terjadi longsor aliran dimana material longsoran masuk ke aliran sungai, maka potensi bahaya longsor susulan bisa terjadi thdp pemukiman di daerah aliran sungai tersebut," tuturnya saat dihubungi via pesan teks, Kamis (31/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, menurut Adrin longsor likuefaksi ini biasanya terjadi pada daerah tambang batu bara. Sebab, pada daerah tambang biasanya terdapat lapisan lempung lunak di bawah permukaan tanah. Lapisan lempung lunak inilah yang menyebabkan terjadinya longsoran.
Selain pada kawasan batu bara, longsor aliran juga menurut Adrin juga bisa terjadi pada daerah tambang terbuka. Namun, hingga saat ini menurutnya belum ada kasus pemukiman sekitar area tambang yang terdampak longsoran aliran.
"Untuk kasus longsoran aliran ini mgkn baru di kaltara yg terdokumentasi dan terekspos," tuturnya.
[Gambas:Instagram]Sebelumnya, video longsoran yang menyerupai likuefaksi itu viral lewat pesan berantai grup pembicaraan di aplikasi Whatsapp dan media sosial warga di kawasan tersebut.
Dalam video viral berdurasi 0,21 detik terlihat tanah di lokasi tambang tiba-tiba bergerak mirip pencairan tanah atau likuefaksi tanah. Terdengar suara orang berteriak kaget melihat bencana tanah longsor itu.
(eks)