Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memindahkan limbah radioaktif berupa reflektor reaktor
nuklir Triga Mark yang sudah digunakan selama 31 tahun dari Pusat Reaktor Serba Guna di Bandung ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif di Kawasan Nuklir Serpong, Tangerang Selatan, menggunakan kontainer khusus seberat lima ton.
Reflektor yang tidak lagi digunakan setelah dioperasikan dari 1965 hingga 1996 tersebut harus disimpan di tempat penyimpanan limbah radioaktif di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR).
Ketua Tim Pengangkutan Limbah Reflektor dari BATAN Dadang Supriatna mengatakan bahwa ada banyak hal yang disiapkan guna memenuhi prasyarat pengangkutan reflektor reaktor nuklir dari Bandung ke Serpong demi keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan selama dalam perjalanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengingat paparan radiasi reflektor sangat tinggi maka diperlukan wadah atau kontainer dengan desain khusus agar radiasi yang keluar dari limbah radioaktif tersebut tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan selama proses pengangkutan," kata Dadang seperti dilaporkan
Antara, Selasa (19/11).
Untuk itu, sebelum reflektor dipindahkan ada survei dan pengukuran radioaktivitas reflektor guna mengetahui besarnya radioaktivitas reflektor dan hasilnya digunakan untuk membuat desain kontainer pengangkut reflektor.
Kepala Bidang Keselamatan Kerja dan Operasi PTLR BATAN Suhartono mengatakan hasil survei itu dijadikan dasar dalam merancang kontainer mulai dari membuat desain hingga menentukan bahan yang sanggup menahan radiasi yang ditimbulkan dari reflektor.
"Bersama tim kita buat secara bersama desain kontainer yang terdiri dari kulit pembungkus dari besi kemudian di dalamnya diberi beton dengan ketebalan 17 sentimeter dan di bagian dalamnya juga dilapisi dengan lembaran besi seperti kulit luar dengan ketebalan setengah sentimeter," kata Suhartono.
Secara umum, menurut dia, kontainer pengangkut reflektor buatan PTLR mempunyai diameter bagian dalam 130 cm dan tinggi 180 cm. Bagian dasar dan penutup bagian atas kontainer dilapisi timbal (Pb) setebal tiga cm.
"Dari desain kontainer yang dibuat dan telah difabrikasi itu, laju paparan reflektor yang tadinya 14 mili sievert (mSv) menjadi 300 mikro sievert, ini turun jauh dari batas keselamatan yang disyaratkan yakni 2 mSv," kata Suhartono.
[Gambas:Video CNN]Desain kontainer tersebut dibuat dengan mengantisipasi kemungkinan terjadi kecelakaan dalam perjalanan, agar kalau terjadi kecelakaan limbah radioaktif yang diangkut tidak sampai tumpah berhamburan dan mengkontaminasi lingkungan.
Lewati Puluhan Tahap ProsesReflektor merupakan bagian dari teras reaktor nuklir yang berfungsi untuk memantulkan neutron kembali ke dalam teras reaktor agar terus terjadi reaksi nuklir.
Dadang mengatakan bahwa pelimbahan reflektor Triga Mark itu telah melewati puluhan tahapan guna menjamin keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan selama dalam perjalanan dari Bandung ke Serpong.
"Terdapat sepuluh tahapan yang harus dipenuhi pada pelimbahan reflektor bekas, mulai perencanaan hingga pelaksanaan pengiriman limbah,"kata Dadang.
Ia melanjutkan, tahapan pelimbahan meliputi survei radioaktivitas, pembuatan desain wadah, perizinan, rencana muat, rencana transportasi, proteksi radiasi, standar operasional prosedur, program kesiapsiagaan dan tanggap darurat, serta rencana pengamanan dan pengangkutan.
Reflektor reaktor Triga Mark tidak rusak. Reflektor itu menjadi limbah radioaktif karena setelah beroperasi selama 31 tahun sejak 1965 fungsinya digantikan oleh reflektor baru untuk peningkatan kapasitas reaktor nuklir dari 1 megawatt (MW) menjadi 2 MW pada 1996.
Reflektor lama yang dilimbahkan itu harus dikelola dengan baik.
"Selama ini limbah reflektor disimpan di salah satu tempat penyimpanan sementara di PSTNT sambil menunggu dilakukan penyimpanan di gudang limbah yang dimiliki oleh PTLR di Kawasan Nuklir Serpong," kata Dadang.
(antara/dal)