Akun Trump Diidentikkan dengan Rasis, Twitter Beri Penjelasan

din | CNN Indonesia
Minggu, 07 Jun 2020 13:07 WIB
President Donald Trump listens during a roundtable with industry executives about reopening country after the coronavirus closures, in the State Dining Room of the White House, Friday, May 29, 2020, in Washington. (AP Photo/Alex Brandon)
Akun Twitter Presiden AS diidentikkan dengan kata kunci rasis di kolom pencarian Twitter. (AP/Alex Brandon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Akun Twitter Presiden Amerika Serikat Donald Trump muncul di peringkat teratas ketika pengguna mengetikkan kata "racist" (rasis) di fitur pencarian media sosial itu.

Ketika pengguna mengetik kata kunci 'racist' atau rasis di laman pencarian, alhasil akun resmi Twitter pria berusia 73 tahun itu yakni @realDonaldTrump berada di puncak pencarian tepatnya di kolom 'People' atau orang.

Ketik kata 'racist' lalu klik 'people', maka akun Donald Trump muncul menempati peringkat pertama. Sementara akun-akun berikutnya yang muncul menyertakan kata-kata anti-rasis pada bagian nama mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu juru bicara Twitter menjelaskan mengapa akun Trump diidentikkan dengan kata kunci rasis. Menurutnya, hasil pencarian dengan kata kunci 'racist' itu berdasarkan konfigurasi algoritma pencarian Twitter. Sebab, banyak cuitan dari pengguna Twitter menggunakan kata 'rasis' dan sambil menyebutkan akun Twitter milik Trump.
racist’ atau rasis di laman pencarian, akun resmi Twitter pria berusia 73 tahun itu yakni @realDonaldTrump berada di puncak pencarian tepatnya di kolom ‘People’ atau orang.Akun Donald Trump diidentikkan dengan kata kunci rasis. (Screenshot via twitter)

Sebelumnya, Twitter juga sempat menandai cuitan Donald Trump sebagai cuitan tak berdasar. Sehingga, mereka menyarankan pengguna untuk mengecek fakta sebenarnya tentang cuitan Sang Presiden.

Trump lantas menuduh Twitter telah mencederai kebebasan berpendapat. Trump pun lantas menandatangani surat perintah Presiden yang menghapus kekebalan hukum media sosial di Amerika Serikat.

Perintah eksekutif ini memberi kewenangan regulator pemerintah untuk mengevaluasi apakah platform harus bertanggung jawab atas konten yang diposting oleh jutaan pengguna mereka.

Lalu, Twitter kembali menandai kicauan Presiden Amerika Donald Trump soal kerusuhan yang terjadi di Minneapolis, pasca insiden kematian George Floyd. Twitter menilai kicauan Trump melanggar aturan tentang kekerasan.

Sehingga, kicauan Trump disembunyikan di balik pemberitahuan Twitter yang mengklaim kicauan itu melanggar kebijakan tentang kekerasan. Meski demikian, kicauan itu masih dapat dilihat dan me-retweet cuitan itu disertai komentar. Namun, pengguna tidak bisa menyukai atau berkomentar langsung pada kicauan itu.



"Kami telah mengambil tindakan untuk mencegah orang lain terinspirasi untuk melakukan tindakan kekerasan, tetapi tetap menyimpan Tweet di Twitter karena penting agar publik masih dapat melihat Tweet tersebut karena relevansinya dengan masalah yang sedang berlangsung dan menjadi kepentingan publik," kata Twitter dilansir CNBC.

Akibat aksi Twitter ini, Partai Republik yang merupakan partai pendukung Trump menyerang platform media sosial tersebut. Mereka menyebut cuitan para pendukung partai itu telah disensor Twitter, Facebook, dan perusahaan media sosial lain. Tapi, perusahaan media sosial tersebut menolak tuduhan tersebut.
(eks/eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER