Astronom: Usia Alam Semesta 13 Miliar Tahun

CNN Indonesia
Rabu, 22 Jul 2020 06:48 WIB
Pengamatan umur alam semesta itu dilakukan di Gurun Atacama Chili, Amerika Selatan menggunakan Teleskop Kosmologi Atacama.
Ilustrasi alam semesta. (Astari Kusumawardhani)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gabungan astronom mengungkapkan bahwa umur alam semesta saat ini adalah 13,77 miliar tahun. Pengamatan dilakukan di Gurun Atacama Chili, Amerika Selatan menggunakan Teleskop Kosmologi Atacama dari National Science Foundation (ACT).

Setelah itu mereka mengarahkan teleskop ke luar angkasa untuk mengukur konstanta atau nilai tetap Hubble (HO).

Pengukuran dilakukan untuk menggambarkan seberapa cepat alam semesta mengembang pada jarak yang berbeda dan menghasilkan angka-angka yang berbeda tergantung pada metode yang mereka gunakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya, para astronom menghasilkan angka satu HO lalu mereka melakukan metode lain untuk mengukur cahaya tertua di ruang angkasa menggunakan gelombang mikro kosmik (CMB) dan menghasilkan HO lainnya.

Metode pengukuran cahaya yang dilakukan para astronom itu menggunakan satelit Planck, seperti dikutip Live Science.

Kendati demikian, pada 2019 silam, ada sebuah tim peneliti yang juga ikut mengukur pergerakan galaksi untuk menghitung umur alam semesta yang ternyata lebih muda.

Meskipun hasil penelitian umur alam semesta agak sedikit berbeda, astrofisikawan dari Center of Computational Astrophysics, Simone Aiola mengatakan usia alam semesta dapat mengungkapkan seberapa cepat kosmos berkembang.

Dilansir Earth Sky, pengukuran menggunakan Teleskop Kosmologi Atacama menunjukkan konstanta Hubble sebesar 67,6 kilometer mega per detik.

Hasil penemuan ini pun persis sama dengan perkiraan para peneliti dan astronom sebelumnya yaitu 67,4 kilometer mega per detik.

"Kami menemukan tingkat ekspansi yang tepat pada perkiraan oleh tim satelit Planck. Ini memberikan kami kepercayaan diri dalam pengukuran alam semesta," kata peneliti Steve Choi dari Universitas Cornell AS.

ACT sendiri mengukur fluktuasi latar belakang gelombang mikro kosmik. Para astronom juga dapat melihat lebih dekat polarisasi cahaya.

"Kami akan terus mengamati setengah langit dari Chili dengan teleskop kami," kata Wakil Direktur ACT dan Profesor Astronomi dan Astrofisika Reese W. Flower, Mark Devlin, Universitas Pennsylvania.

(din/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER