Peneliti SBM ITB Yos Sunitiyoso menilai transportasi online memiliki peran mendorong masyarakat menggunakan transportasi massal di Jakarta. Banyak masyarakat merasa dimudahkan karena tersedia transportasi online sebagai penyambung ke lokasi tujuan usai menggunakan transportasi massal.
"Platform daring ini juga dapat mendorong penumpang menggunakan transportasi massal dengan memberi informasi mengenai halte atau stasiun terdekat dan opsi transportasi umum termurah," kata Yos dalam diskusi virtual, Rabu (5/8).
Yos menjelaskan kesimpulan itu berdasarkan survei yang melibatkan 5.064 komuter atau pengguna kendaraan umum di Jabodetabek. Survei dilakukan dalam dua sesi yakni pada 12-20 Desember 2019 terhadap 2.576 orang dan 13 Februari-4 Maret 2020 terhadap 2.488 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yos survei bertujuan untuk memahami perjalanan komuter menggunakan transportasi masal dan peran transportasi online dalam perjalanan mereka.
Yos menjelaskan dalam survei diketahui sebanyak 48 persen responden (2.420 orang) menggunakan transportasi online sebagai bagian dari perjalanan multimoda aktivitas harian.
Sementara itu 96 persen responden paling sering menggunakan layanan ojek online lantaran kemudahan akses menuju stasiun atau halte, harga lebih terjangkau, dan terhindar kemacetan.
"Lalu 31,04 persen responden menggunakan transportasi masal sebab stasiun atau halte muda dijangkau transportasi online. Lalu mudah melanjutkan perjalanan dengan transportasi daring," kata Yos.
Yos berpendapat tidak menutup kemungkinan kedua pihak, yakni transportasi masal dan online, saling bekerjasama. Misalnya menyediakan titik penjemputan serta jasa pengantaran di halte atau stasiun.
"Integrasi sistem pembayaran juga dapat menjadi nilai tambah, bagi komuter seperti ongkos bundling untuk menciptakan pengalaman yang mulus dalam perjalanan multi moda," ucap Yos.
Dari kacamata penyedia layanan transportasi massal, Direktur Utama Transjakarta Sardjono Jhony Tjitrokusumo, mengatakan masyarakat tak perlu khawatir menggunakan transportasi massal saat pandemi Covid-19.
Menurut Jhony transportasi massal lebih aman ketimbang mengandalkan tumpangan mobil kenalan yang menjadi salah satu opsi mobilitas masyarakat semasa pandemi.
"Jadi saya pikir jauh lebih aman daripada numpang mobil tetangga," kata Jhony dalam diskusi virtual, Rabu (5/8).
Kata Jhony situasi aman itu bakal terjadi asalkan pengguna dan operator angkutan umum sadar akan pencegahan Covid-19.
Misalnya operator angkutan umum ketat menyaring calon penumpang berdasarkan suhu tubuh. Kemudian di setiap halte atau stasiun ada infrastruktur yang memudahkan masyarakat rajin cuci tangan.
Kemudian operator juga harus memperhatikan kapasitas angkut dengan menjalankan jaga jarak sosial.
"Armadanya juga dijaga batas maksimum 50 persen kapasitas," ucap dia.
Sementara penumpang juga diwajibkan menggunakan masker dalam perjalanan pada angkutan umum.
Menurut Jhony jika hal tersebut sudah diterapkan tidak ada yang perlu dikhawatirkan masyarakat saat bepergian naik angkutan umum.
Ia menambahkan setidaknya hal tersebut sudah diterapkan pada sejumlah moda transportasi di DKI seperti Transjakarta, MRT, dan sebagainya.
"Karena indikator kesehatan Covid-19 diperhatikan ketat. Jadi pesannya kendaraan umum, dalam hal ini Transjakarta, MRT, dan sebagainya itu aman karena selalu dicek dan disinfektan," kata Jhony.
(ryh/fea)