Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan ketahanan virus di dalam air berbeda-beda. Hal itu menanggapi klaim peneliti Rusia yang menyebut virus corona Covid-19 (SARS-CoV-2) bisa mati di air, terutama air mendidih.
Peneliti mikrobiologi LIPI Sugiyono Saputra mengatakan ketahanan itu dipengaruhi karakter virus.
"Ketahanan virus dalam air juga berbeda-beda," ujar Sugiyono kepada CNNIndonesia.com, Kamis (13/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugiyono mengaku belum menemukan publikasi ilmiah dari peneliti Rusia yang menyatakan virus SARS-CoV-2 lemah terhadap air. Namun, dia mengatakan secara umum virus di dalam air dipengaruhi oleh suhu, bahan organik, atau ada tidaknya mikroorganisme lain.
Berdasarkan karakter, Sugiyono berkata terdapat virus yang dapat bertahan lama di air. Bahkan, dia menyebut virus itu bisa menyebabkan water borne disease, yakni penyakit yang ditularkan melalui air.
Di sisi lain, Sugiyono sepakat jika virus bisa mati di dalam air yang panas. Sebab, dia berkata air dalam kondisi panas dapat membuat virus hingga bakteri mati.
"Kalau di dalam air panas sebetulnya umum ya. Kita merebus air kan untuk mematikan kuman-kuman, termasuk virus dan bakteri, biar aman diminum," ujarnya.
Sebelumnya, ilmuwan dari Pusat Penelitian Virologi dan Bioteknologi VECTOR Rusia mengklaim telah menemukan cara yang sangat mudah untuk membunuh partikel yang terkait dengan virus SARS-CoV-2. Ilmuwan mengatakan air bersuhu ruangan atau air biasa ternyata dapat membunuh virus corona baru tersebut.
Para ilmuwan menyatakan bahwa sekitar 90 persen partikel virus mati dalam air bersuhu ruangan dalam waktu 24 jam. Sementara 99,9 persen mati dalam 72 jam.
Secara signifikan, para peneliti juga menemukan bahwa virus tidak berkembang biak dalam deklorinasi dan air laut, namun virus dapat tetap hidup untuk beberapa waktu. Ketahanan virus dalam deklorinasi dan air laut juga tergantung dari suhu.
Lihat juga:Sejarah Suburnya Hoaks Saat Pandemi Baru |