Menristek Singgung Unsur Bisnis di Balik Impor Alkes Covid-19

CNN Indonesia
Senin, 24 Agu 2020 20:43 WIB
Menristek menegaskan pandemi Covid-19 harus dijadikan momentum untuk setop impor alat kesehatan (alkes) di Indonesia.
Ilustrasi Menristek Bambang singgung bisnis di impor alkes Covid-19. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan pandemi virus corona COVID-19 menjadi pelajaran yang baik bagi Indonesia untuk menyadari perlunya segera menekan impor alat kesehatan (alkes) yang selama ini hampir semuanya diimpor.

Bambang mengatakan pada awal-awal mulai wabah merebak di Tanah Air pada awal Maret lalu, ada banyak alkes seperti alat tes cepat, tes usap, reagen, hingga ventilator impor masuk. Ia tak menampik bahwa di balik banyaknya impor alkes terkait Covid-19 ke Indonesia pasti ada unsur bisnisnya.

"Di awal, ada banyak alat rapid test masuk. Sebagian mungkin ada unsur bisnisnya, sebagian mungkin ada niat baik. Tapi semuanya impor, dan kemudian kita tergantung dari suplai impor. Begitu pula PCR. Ventilator demikian juga, saat ada isu Indonesia kurang ventilator, kita terpaksa impor. Ujungnya impor," katanya mengutip Antara, Senin (24/8)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bambang pun mengakui, kondisi tersebut menunjukkan bahwa industri alat kesehatan dan bahan baku obat di Indonesia yang tidak didesain untuk kemandirian di bidang kesehatan. Atau, dengan kata lain, tidak didesain untuk menjamin masyarakat Indonesia yang sehat.

"Tapi Alhamdulillah, karena ada kemampuan reverse engineering, ketergantungan impor yang tadinya hampir 100 persen bisa kita kurangi. Rapid test juga sudah ada versi lanjutannya," imbuhnya.

Mantan Menteri Keuangan itu menuturkan pandemi COVID-19 hanya bisa diatasi dengan penemuan vaksin dan obat. Namun, proses mencari vaksin dan obat tidak mudah dan memakan waktu yang panjang.

Oleh karena itu, saat ini fokusnya berubah menjadi agar manusia bisa hidup berdampingan dengan pandemi sambil menunggu vaksin dan obatnya ditemukan.

Bambang menambahkan, untuk bisa hidup berdampingan dengan pandemi, konsep mengenai reverse engineering yang disampaikan BJ Habibie ternyata jadi pelajaran penting untuk diimpelementasikan.

"Reverse engineering ternyata sangat diperlukan dan memberi hasil saat ada keterbatasan waktu dan ketika ada urgensi sehingga lahirlah rapid test, baik yang generasi pertama atau PCR test kit dan ventilator. Kalau itu tidak dikuasai, kita bisa bayangkan Indonesia tergantung 100 persen terhadap impor," kata Bambang.

Adanya impor tersebut menunjukkan bahwa industri alat kesehatan tidak dirancang untuk kemandirian bangsa dan tidak dirancang untuk menjamin kesehatan masyarakat Indonesia. Namun dengan adanya kemampuan rekayasa balik tersebut, ketergantungan terhadap impor dapat dikurangi. 

(antara/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER