Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil enggan mengomentari relawan vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung yang terpapar positif SARS-CoV-2.
Menurut pria karib di sapa Emil itu, dirinya tidak bisa berkomentar banyak karena dirinya pun telah menjadi bagian dari pengujian vaksin itu sendiri.
"Saya tidak punya kapasitas untuk menceritakan secara teknis karena saya objek dari vaksinasi sendiri. Walaupun saya dengar (kabar seorang relawan positif Covid)," ucapnya dalam jumpa pers di Puskesmas Garuda, Kota Bandung, Senin (14/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emil lantas menjadikan temuan relawan terkena Covid-19 sebagai pelajaran juga bagi dirinya.
"Jangan banyak bepergian ke zona yang berbahaya karena nanti akan mengganggu proses statistiknya. Itulah kenapa tidak semua yang daftar relawan itu lulus jadi relawan," ungkapnya.
"Bahkan saya dengar masih terbuka kalau masih ada yang mau jadi relawan karena yang mendaftar tidak semuanya memenuhi kualifikasi. Ada yang semangat tapi ada comorbit, ada sakit jantung dan lain-lain," kata mantan wali kota Bandung itu menambahkan.
Sebelumnya, salah seorang dari 450 subjek penelitian uji klinis vaksin virus corona China di Bandung terkonfirmasi terinfeksi Covid-19.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil menjelaskan kronologi relawan yang terpapar virus SARS-CoV-2 di tengah siklus vaksinasi itu.
"Perlu kami sampaikan bahwa kronologis pada relawan tersebut, setelah mendapatkan 'suntikan' (tidak diketahui vaksin atau plasebo) pertama pada kegiatan penelitian vaksin Covid-19, bepergian ke luar kota," kata Kusnandi dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Kamis (10/9).
Pada kunjungan penyuntikan kedua, lanjut Kusnandi, relawan secara klinis dinyatakan sehat dan diberikan penyuntikan kedua. Namun keesokan harinya, relawan yang tak disebutkan identitasnya itu menjalani program pemeriksaan swab nasofaring (swab test) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) karena ada riwayat ke luar kota.
Oleh petugas kemudian dilakukan pengambilan bahan dari apus hidung dan kemudian dikirimkan ke laboratorium BSL-2 milik Dinkes dengan hasil positif.
"Hasil yang positif tersebut harus disampaikan kepada yang bersangkutan," tutur Kusnandi.
Adapun terhadap orang dengan hasil apus hidung positif dilakukan isolasi mandiri dan terdapat program pemantauan secara ketat setiap harinya.
"Selama sembilan hari pemantauan kondisi relawan dalam keadaan baik," ujar Kusnandi.
Kusnandi menyimpulkan, hasil pemeriksaan apus hidung positif bukan berasal dari tim penelitian tapi hasil dari program pemeriksaan swab nasofaring oleh pemerintah dan perlu dilanjutkan dengan pengawasan ketat.
Ia menerangkan dalam uji klinis ini terdapat dua kelompok, ada yang mendapat plasebo dan ada yang mendapat vaksin. Uji klinis ini dilakukan dengan prinsip observer blind/tersamar, sehingga tidak diketahui mana yang dapat plasebo dan mana yang dapat vaksin.
Untuk itu, Kusnandi berujar semua relawan tetap diimbau wajib menerapkan protokol pencegahan yang sudah dianjurkan pemerintah.
"Pada yang mendapat vaksin, kekebalan diharapkan paling cepat dua minggu pasca suntikan kedua," katanya.
Kusnandi menambahkan para relawan uji klinis masih akan dipantau kesehatannya selama enam bulan pasca suntikan terakhir.
"Uji klinis ini masih panjang jalannya, agar kita bersama-sama dapat menjaga privasi dari sukarelawan," katanya.
(hyg/mik)