Obat antivirus remdesivir yang diklaim potensial untuk mengobati Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 mulai tersedia di Indonesia. Obat itu telah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia sejak kemarin.
Penggunaan remdesivir dalam Covifor telah mendapatkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dan BPOM. Untuk obat jenis remdesivir sendiri atau yang akan diedarkan dengan nama Covifor itu penggunaannya hanya diperuntukkan pasien bergejala berat.
Melansir ASBMB, remdesivir adalah analog nukleosida, salah satu kelas obat antivirus tertua. Remdesivir bekerja dengan memblokir RNA polimerase yang dibutuhkan oleh virus korona dan virus RNA terkait untuk mereplikasi genomnya dan berkembang biak di tubuh inang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Percobaan in vitro dalam kultur sel dan pada model hewan telah menunjukkan bahwa remdesivir memiliki aktivitas spektrum luas terhadap virus RNA, termasuk filovirus (seperti yang menyebabkan Ebola) dan virus corona.
Melansir The Conversation, peneliti Universitas Maryland Katherine Seley-Radtke menuturkan analog nukleotida begitu efektif karena menyerupai molekul alami yang dikenal sebagai nukleosida, seperti sitidin, timidin, uridin, guanosin, dan adenosin.
Nukleosida adalah blok bangunan penting untuk DNA dan RNA yang membawa informasi genetik dan memainkan peran penting dalam proses biologis tubuh manusia. Sedikit perbedaan dalam struktur kimia analog ini dari senyawa yang terjadi secara alami membuatnya efektif sebagai obat.
Jika organisme seperti virus menggabungkan analog nukleosida ke dalam materi genetiknya, bukan yang nyata, bahkan perubahan kecil pada struktur bahan penyusun ini mencegah terjadinya kimia biasa dan pada akhirnya menggagalkan kemampuan virus untuk mereplikasi.
Struktur dasar nukleosida mencakup gugus gula dan basa (A, C, G, T atau U). Sedangkan dalam kasus nukleotida, gugusnya mengandung fosfat yang merupakan kumpulan atom oksigen dan fosfor.
Analog nukleosida pertama disetujui untuk penggunaan obat pada 1950-an. Nukleosida awal hanya memiliki modifikasi sederhana, biasanya pada gula atau basa, sementara nukleosida saat ini, seperti Remdesivir biasanya memiliki beberapa modifikasi pada strukturnya. Modifikasi ini penting untuk aktivitas terapeutik mereka.
Remdesivir bekerja sebagai terapi antivirus karena analog nukleosida meniru struktur nukleosida atau nukleotida alami sehingga dapat dikenali oleh virus.
Remdesivir akhirnya bekerja dengan memblokir RNA polimerase virus corona, salah satu enzim kunci yang dibutuhkan virus untuk mereplikasi materi genetik (RNA) dan berkembang biak.
Remdesivir bekerja ketika enzim yang mereplikasi materi genetik untuk virus generasi baru secara tidak sengaja mengambil analog nukleosida ini daripada molekul alami dan menggabungkannya ke dalam untai RNA yang sedang tumbuh.
Obat Remdesivir pada dasarnya adalah versi modifikasi dari adenosin blok bangunan alami yang penting untuk DNA dan RNA. Ada tiga modifikasi utama yang membuatnya efektif.
Pertama, Remdesivir sebagai 'prodrug', artinya harus dimodifikasi sekali di dalam tubuh sebelum menjadi obat aktif. Prodrug digunakan untuk berbagai alasan, termasuk melindungi obat hingga mencapai tempat kerjanya.
Kedua, remdesivir adalah gugus karbon-nitrogen (CN) yang melekat pada gula. Keberadaan gugus CN dapat mengubah bentuk untai RNA sehingga hanya tiga nukleotida lagi yang dapat ditambahkan. Hal itu kemudian menghentikan produksi untai RNA dan pada akhirnya menyabotase replikasi virus.
Fitur struktural penting ketiga yang membuat Remdesivir berbeda dari adenosin adalah perubahan satu ikatan kimia tertentu pada molekul.
Ahli kimia mengganti nitrogen dengan karbon lain untuk menciptakan ikatan karbon. Mengubah ikatan kimiawi membuat remdesivir tidak dapat dilepaskan oleh enzim, membiarkannya tetap dalam rantai yang tumbuh dan memblokir replikasi.