Positivity Rate RI 16,61 Persen, Tertinggi Kedua di Asia

CNN Indonesia
Sabtu, 03 Okt 2020 21:12 WIB
Per-3 Oktober, positivity rate Indonesia mencapai 16,61 persen dan tertinggi kedua di Asia, di bawah Irak.
Per-3 Oktober, jumlah kasus positif per jumlah orang yang dites swab (positivity rate) di Indonesia mencapai 16,61 persen.(CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia menempati peringkat kedua negara dengan persentase positivity rate Covid-19 tertinggi di Asia dengan 16,61 persen, per-3 Oktober 2020.

Berdasarkan Our World in Data, Irak berada di peringkat pertama dengan angka 21,2 persen (pemutakhiran data 30 September), sementara Myanmar di peringkat ketiga dengan angka 14,6 persen (data 25 september).

Positivity rate sendiri merujuk pada jumlah kasus positif dibandingkan dengan jumlah tes. Angka positivity rate Indonesia ini jauh berada di bawah standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan ambang lima persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, data Kawal Covid-19 hari menunjukkan Indonesia telah melakukan tes spesimen Covid-19 sebanyak 3.451.398 dan jumlah orang diperiksa mencapai 2.074.943. Jumlah kasus di Indonesia per 3 Oktober mencapai 299.506, sehingga positivity rate mencapai 16,61 persen.

Berdasarkan data Kawal Covid-19, positivity rate di Indonesia sejak pertama kali Pembatasan Sektor Berskala Besar (PSBB) diberlakukan kembali pada 14 September lalu berada di rentang 14 persen hingga 16,47 persen, dan tidak pernah turun di bawah 10 persen.

Jumlah Testing

Terkait positivity rate, sebelumnya pemerintah Indonesia menyatakan jumlah testing Indonesia sudah mendekati standar WHO, yaitu 1 ribu tes per 1 juta penduduk per minggu.

Akan tetapi, Ahli Epidemiolog & Pandemi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan pemerintah jangan puas dengan jumlah tersebut.

Dicky menjelaskan pengendalian pandemi Covid-19 tak bisa hanya dinilai dari satu indikator saja.

Seharusnya pemerintah juga ikut memerhatikan persentase positivity rate yang masih berada di atas 10 persen, jauh di atas standar WHO.

"Memang WHO ada standar, tapi harus dipahami bahwa itu bukan indikator tunggal. Pemerintah harus melihat beberapa indikator terkait yang tidak berdiri sendiri. Pertama adalah positivity rate," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat pekan lalu.

Dicky mengatakan testing ini juga harus diikuti dengan penelusuran kontak atau contact tracing, strategi intervensi yang harus dilakukan agar isolasi karantina tepat sasaran.

"Semua ini dalam ilmu wabah itu suatu kesatuan, kalau tidak dilakukan secara komprehensif akibat minim pemahaman dari para penyusun strategi ini, maka kasus positif akan terus naik," kata Dicky.

WHO mengatakan tracing adalah upaya mengidentifikasi, menilai dan mengelola orang-orang yang terpapar suatu penyakit untuk mencegah penularan lebih lanjut.

Caranya dengan mengidentifikasi orang yang kontak dengan pasien terkonfirmasi positif selama 2-14 hari sebelum gejala.

Setiap kontak kemudian dihubungi, dipantau kondisi kesehatannya, serta diminta melakukan isolasi mandiri. Pemantauan dilakukan dalam waktu 14 hari sejak orang tersebut kontak dengan pasien corona.

(jnp/vws)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER