Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo membenarkan vaksin Covid-19 m-RNA besutan Pfizer dan BioNTech harus disimpan dalam suhu yang sangat dingin atau -80 derajat celsius. Hal itu karena vaksin m-RNA mudah terdegradasi.
"Karena vaksin m-RNA mudah sekali degradasi, sehingga perlu suhu superdingin untuk memastikan integritasnya," ujar Ahmad kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/11).
Ahmad menuturkan vaksin yang terdegradasi tidak akan efektif jika digunakan untuk mencegah Covid-19. Sebab, integritas vaksin itu sudah tidak ada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Ahmad menjelaskan struktur kimia m-RNA mudah sekali terhidrolisis karena ada tambahan gugus hidroksil di cincin pentosa. Dia menyebut RNA tidak seperti DNA karena sel biologisnya sebagian besar merupakan molekul beruntai tunggal.
"Sementara DNA mengandung deoksiribosa, RNA mengandung ribosa, yang ditandai dengan adanya gugus hidroksil pada cincin pentosa. Gugus hidroksil ini membuat RNA kurang stabil dibandingkan DNA karena lebih rentan terhadap hidrolisis," ujarnya.
Sebelumnya, vaksin Covid-19 garapan Pfizer-BioNTech diklaim 90 persen efektif mencegah Covid-19. Vaksin itu masih dalam tahap uji klinisi Fase 3 di sejumlah negara.
Namun, Pfizer menyampaikan vaksin mRNA itu harus disimpan dalam suhu minus 70 derajat Celsius.
Vaksin Pfizer telah diuji pada 43.500 orang di enam negara dan diklaim tidak ada masalah keamanan. Vaksin m-RNA itu menggunakan kode genetik virus untuk membuat antigen.
Studi uji klinis vaksin tersebut diprediksi selesai pada 11 Desember 2022. Sedangkan Studi utama direncanakan selesai pada 13 Juni 2021.
Vaksin lain yang diklaim efektif cegah Covid-19 lebih dari 90 persen adalah Sputnik V.
Divisi Kedaulatan Dana Kekayaan Rusia menyatakan pada Rabu (11/11) bahwa menurut hasil analisis vaksin virus corona buatan mereka, Sputnik V, menunjukkan tingkat efektivitas hingga 92 persen.
Hasil analisis sementara Sputnik V itu dilakukan setelah para peneliti mengidentifikasi 20 kasus Covid-19 terhadap peserta uji coba klinis tahap 3 yang menerima vaksin atau plasebo.
Dalam sebuah pernyataan, lembaga Pendanaan Investasi Langsung Rusia (RDIF) yang mendanai penelitian vaksin Sputnik V menyatakan tidak ada kejadian merugikan yang tidak terduga selama uji coba tahap 3.
(jps/dal)