Kebijakan privasi baru WhatsApp menuai kekhawatiran penggunanya. Kebijakan baru itu memungkinkan WhatsApp membagi data pribadi yang dikumpulkan dari penggunanya kepada Facebook.
WhatsApp memberi tenggat waktu kepada seluruh penggunanya untuk menyetujui kebijakan itu hingga 8 Februari 2021. Akun pengguna tidak akan bisa digunakan jika tidak menyetujui kebijakan itu.
Sudah ada segelintir kampanye untuk tidak menggunakan WhatsApp. Sejumlah pihak mengajak pengguna WhatsApp untuk menggunakan aplikasi perpesanan lain yang dinilai lebih aman, seperti Signal hingga Telegram.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sensor Tower, layanan analisis aplikasi global mencatat unduhan dan pemasangan (install) baru WhatsApp turun. Sementara jumlah unduhan aplikasi pesaing seperti Signal dan Telegram mengalami kenaikan.
Pemasangan baru WhatsApp turun 11 persen dalam tujuh hari pertama di tahun 2021 dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Meski mengalami penurunan, tapi secara global angka unduhan Whatsapp masih berjumlah sekitar 10,5 juta unduhan.
Lebih dari 100.000 pengguna menginstal Signal di seluruh toko aplikasi Apple dan Google dalam dua hari terakhir. Sedangkan Telegram memperoleh hampir 2,2 juta unduhan.
Pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanuwijaya menilai kebijakan baru WhatsApp tidak serta merta membuat penggunanya kabur. Dia melihat WhatsApp merupakan aplikasi perpesanan yang dominan.
"Nampaknya posisi whatsapp sudah terlalu dominan ya," ujar Alfons kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/1).
Alfons menuturkan kebijakan privasi baru itu justru menunjukkan bahwa WhatsApp patuh hukum. Perusahaan yang dibeli Facebook itu dinilai tidak diam-diam mengeksploitasi data penggunanya.
Lebih lanjut, Alfons berkata berpindah aplikasi perpesanan tidak serta merta membuat pengguna aman. Dia menilai perusahaan tidak bisa menjanjikan bahwa data penggunanya tetap aman di masa mendatang, terlebih ketika semakin dominan.
"Risikonya kalau pengguna berpindah ya sama saja, apakah aplikasi lain tidak mengolah meta data penggunanya? Model bisnis semua aplikasi sama saja dan sekali dominan maka akan mulai berani menekan pelanggannya," ujarnya.
Meski demikian, Alfons menyebut aplikasi Telegram atau Signal bisa menjadi alternatif bagi pengguna WhatsApp yang tidak sepakat dengan kebijakan privasi baru. Namun, dia menilai alternatif penggunaan apilkasi Telegram hanya dalam rangka membuat WhatsApp tidak menjadi dominan.
"Alasannya bukan karena Telegram tidak mengolah data pelanggannya, tetapi supaya posisi WhatsApp tidak terlalu dominan dan harus ada persaingan supaya kondisi industri tetap sehat," ujar Alfons.
Alfons menambahkan ada sejumlah dampak ketika data pengguna WhatsApp dibagi kepada Facebook. Salah satunya, dia menyebut percakapan di grup yang diklaim rahasia akan menjadi terbuka.
"Ini patut jadi pertanyaan, katanya end to end encryption dan hanya pengguna WA yang tahu isi chatnya. Kalau data bisa dipakai untuk iklan, jadi bagaimana dengan keamanan data yang di gembar-gemborkan end to end encryption itu?," ujarnya.