Pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya menyatakan WhatsApp hanya menggunakan metadata dari penggunanya dan membagikannya kepada produk Facebook Group lain, seperti Instagram dan Facebook sebagai sarana mengirimkan iklan yang lebih personal.
Menurutnya, Whatsapp tidak bisa mengetahui seluruh isi percakapan pengguna di ruang chat pribadi atau group ketika menyetujui ketentuan pengguna yang baru.
"Banyak pengguna Whatsapp yang salah menangkap dan mengira bahwa dengan menyetujui ketentuan pengguna yang baru maka Whatsapp akan dapat memantau isi percakapan mereka," ujar Alfons dalam keterangan tertulis, Kamis (14/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alfons menuturkan semua komunikasi Whatsapp di enkripsi E2EE alias End to End Encryption. Enkripsi adalah teknologi untuk mengamankan isi pesan menggunakan kode kunci tertentu. Pesan akan terkirim secara acak, sehingga isinya tak dapat dipahami. Pesan akan kembali terbaca seperti saat dikirimkan jika dibuka dengan kunci yang tepat (dekripsi).
Dengan teknologi itu, hanya pengguna, baik percakapan pribadi maupun group yang memiliki kunci enkripsi dan dekripsi untuk semua isi percakapan yang mereka lakukan dan tidak ada pihak lain yang memiliki kunci dekripsi itu, termasuk Whatsapp.
"Jadi dapat dikatakan bahwa isi percakapan anda di Whatsapp aman dan tidak ada orang yang bisa mengetahui percakapan anda," ujarnya.
Meski demikian, Alfons tidak menampik percakapan di WhatsApp bisa disadap, terutama mereka yang menjadi perantara komunikasi anda dengan pengguna Whatsapp lain.
Penyedia layanan wifi atau siapapun yang berada di jaringan Wifi yang sama dengan pengguna Whatsapp, ISP, ISP perantara dan penyedia layanan seluler juga memiliki akses untuk menyadap komunikasi.
"Tapi hasil sadapannya adalah data dalam bentuk terenkripsi dan dibutuhkan kunci dekripsi untuk membuka data ini dan hanya pengguna Whatsapp bersangkutan yang sedang melakukan chat yang memiliki kunci dekripsi dan proses dekripsi semua terjadi secara otomatis," ujar Alfons.
Alfons berkata memecah kunci dekripsi bukan perkara mudah. Dia menilai proses itu sama sulitnya dengan memecahkan enkripsi data pengguna yang dikunci oleh ransomware. Hanya yang memiliki kunci dekripsi yang bisa membuka berkas terenkripsi.
"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan enkripsi AES 256 yang digunakan Whatsapp? Silahkan hitung 2 pangkat 256," ujar Alfons.
Alfaons mengaku secara pribadi akan susah menghitung hal tersebut karena andaikan ia mewariskan tugas menguraikan enkripsi 256 bit sampai beberapa keturunan pun proses bruteforce dengan komputer tercanggih hari ini tidak akan selesai.
"Kecuali nanti komputer quantum sudah ditemukan baru enkripsi 256 bit ini bisa dipecahkan dengan mudah," ujar Alfons menambahkan.
Terkait dengan kondisi itu, Alfons mengingatkan pengguna WhatsApp tida perlu khawatir. Sebab, Whatsapp 'hanya' akan menggunakan metadata dari penggunanya sebagai sarana mengirimkan iklan yang lebih personal.
Di sisi lain, Alfons mengaku belum dapat merilis metadata apa yang akan dikumpulkan oleh WhatsApp. Namun, dia mencontohkan metadata adalah adalah sebuah informasi detil.
Dalam foto misalnya, memiliki metadata berupa jenis kamera yang dipakai, rasio zoom, ukuran foto, lokasi GPS dimana foto tersebut diambil, kompresi, waktu pengambilan foto dan seterusnya.
"Informasi selengkapnya akan dipaparkan pada tulisan berikutnya," ujarnya.
Alfons menambahkan WhatsApp tidak mungkin menggratiskan layanannya mengingat telah digunakan oleh 2 miliar pengguna. Sebab, Whatsapp harus menyediakan layanan yang selalu siap selama 24 jam.
"Tidak ada makan siang yang gratis, begitu kata pepatah," ujar Alfons.
Beberapa waktu lalu, Whatsapp melakukan pembaruan ketentuan layanan dan aturan privasi pengguna. Salah satu poin dalam aturan itu menyebut akan berbagi data dengan Facebook sebagai induk perusahaan. Sementara Facebook punya sejarah tak manis dalam menjaga data pribadi pengguna. Hal ini lantas mengundang kekhawatiran pengguna.
Lebih lanjut, Whatsapp menjelaskan bahwa mereka tak akan mengintip percakapan pribadi antar pengguna. Namun, mereka menekankan percakapan pengguna dengan akun bisnis bisa digunakan oleh pihak ketiga. Namun, tak semua percakapan dengan akun bisnis yang bisa diambil. Melainkan hanya pada akun bisinis yang menggunakan layanan analisis pihak ketiga.
Pengguna yang melakukan percakapan dengan akun bisnis yang menggunakan layanan analisis pihak ketiga akan mendapat notifikasi dari Whatsapp sebelum percakapan dilakukan.
(jps/dal)