CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan pihaknya telah membela keputusan perusahaannya untuk melarang aktivitas sosial Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di aplikasinya.
"Saya yakin ini adalah keputusan yang tepat untuk Twitter," cuit Dorsey mengutip CNN, Kamis (14/1).
Pernyataan Dorsey menyoroti bagaimana perusahaan media sosial mencoba untuk menyeimbangkan kepentingan yang berbeda, saat mereka menghadapi pengawasan yang cermat terhadap konten ofensif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menghadapi keadaan yang luar biasa dan tidak dapat dipertahankan, memaksa kami untuk memfokuskan semua kebijakan untuk keselamatan publik. Kerusakan yang terjadi secara nyata mendorong kebijakan dan penegakan kami di dunia maya," cuitnya
Dalam 13 utasnya, Dorsey mengatakan bahwa keadaan luar biasa tersebut tidak bisa dipertahankan, setelah Trump menghasut kerusuhan di US Capitol Jumat pekan lalu.
Selama empat tahun belakangan, Twitter menjadi pusat aktivitas media sosial Trump saat menjadi presiden.
Twitter mengambil pendekatan perlahan untuk memoderasi akunnya, karena Trump kerap banyak berkomentar dan sebagai pejabat publik Trump harus diberi kebebasan untuk berbicara.
Twitter secara permanen menutup akun Trump pada hari Jumat (8/1) setelah menguncinya beberapa jam karena telah melanggar aturan kebijakan privasinya.
Meskipun ada seruan dari warganet untuk memblokir Trump dari Twitter sejak awal-awal menjadi presiden menggantikan Barrack Obama, pihaknya hanya memberikan label di beberapa pernyataan Trump ketimbang harus menutupnya demi kepentingan publik.
Keputusan untuk menutup akun Twitter berdampak Trump kehilangan akses kepada 88 juta pengikutnya.
Dikutip CNET, beberapa twit Trump telah melanggar aturan yang mendukung kekerasan yang berakibat penutupan secara permanen. Dalam satu cuitannya, Trump mengatakan tidak akan menghadiri pelantikan Presiden terpilih, Joe Biden pada 20 Januari 2021 mendatang.
Di cuitan lainnya, Ia juga menyebut pendukungnya sebagai 'American Patriots' yang memiliki suara panjang jika diperlakukan secara tidak adil dalam bentuk apapun.
Langkah memblokir kegiatan media sosial Trump bukan hanya dilakukan Twitter saja. Belakangan perusahaan teknologi lain seperti Instagram, Facebook, Youtube hingga Snapchat juga menutup akun Trump.
Gedung putih tidak memberikan komentar terkait kritik Trump yang telah diblokir oleh berbagai platform.