Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyatakan penyakit atau disease X adalah bentuk penamaan dari sebuah penyakit yang belum diketahui. Dia mengatakan X dalam bahasa Inggris kerap dikaitkan dengan sesuatu hal yang belum diketahui.
"Penyakit X ini adalah penamaan penyakit yang belum diketahui," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Minggu (3/1).
Dicky menuturkan penyakit X dianggap sebagai penyakit yang berpotensi menyebabkan pandemi, menyebabkan kematian dalam jumlah banyak, dan mudah menular. Badan Kesehatan Dunia membuat klasifikasi sebuah penyakit sebagai penyakit X pada 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Dicky membeberkan ada sekitar 1,6 juta virus yang belum diketahui manusia. Dari seluruh jumlah itu, sekitar 827 ribu dinilai bisa menginfeksi manusia.
Dari jumlah itu, hanya 263 virus yang benar-benar bisa menginfeksi manusia.
"Yang artinya baru sekitar kurang dari 1 persen dari 827 ribuan itu. Yang artinya 99 persen virus yang bisa menjadi ancaman pandemi itu belum kita ketahui. Luar biasa begitu besar ancaman pandemi yang disebabkan virus yang asal muasalnya dari hewan," ujarnya.
Minimnya identifikasi virus telah membuat banyak inisiatif global membuat kajian. Selain itu, pentingnya keamanan global di bidang kesehatan.
Di sisi lain, Dicky menyampaikan WHO memiliki daftar penyakit yang menjadi prioritas untuk ditangani, misalnya Covid-19, HIV, hingga Ebola. Dalam regulasi kesehatan global yang dirancang WHO juga mengharapkan negara memiliki kemampuan mendeteksi secara dini ancaman dari sebuah wabah, baik wabah , epidemi, atau pandemi.
Deteksi, kata dia merupakan kunci menanggulangi pandemi. Kemampuan penelusuran penyakit, terutama juga pada hewan juga bagian penting untuk dikuasai.
Terkait dengan penyakit X yang dilaporkan di Kongo, dia melihat bukan Ebola. Namun, dia berkata temuan itu memperlihatkan bahwa pandemi ancaman semakin besar. Bahkan, dunia memasuki era pandemi pada 2021.
"Era pandemi artinya ancaman pandemi akan lebih serius. Artinya sistem kesehatan kita harus lebih kuat. Selama pandemi covid-19 ini kita mendapatkan tes terhadap sistem kesehatan kita," ujarn Dicky.
Sebagai orang terlibat dalam perumusan kebijakan kesehatan, dia mengingatkan pandemi terjadi setiap lima tahun sekali dalam 20 tahun terakhir. Sehingga, dia memprediksi pandemi penyakit bisa lebih cepat terjadi.
Beberapa penyebab utama pandemi lebih cepat terjadi, lanjut dia karena interaksi antar manusia, antar hewan, hingga alam liar yang lebih tinggi. Pengabaian azas keseimbangan alam juga menjadi penyebab.
"Itulah sebabnya kami mendorong dunia melakukan pendekatan one health," ujarnya.
Lebih dari itu, dia mengatakan pendekatan one health adalah pendekatan yang menyelaraskan pembangunan kesehatan dan lingkungan. Ketidakharmonisan alam dengan manusia akan menyebabkan kerugian besar di bidang kesehatan.
(jps/agt)