Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga Mamuju waspada efek gempa akibat sesar naik di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat yang pernah memicu terjadinya tsunami di Majene pada 1969.
Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa magnitudo 6,9 yang diikuti gelombang tsunami setinggi 10 meter pada peristiwa lebih dari 50 tahun itu telah menewaskan 63 orang.
Ia meminta masyarakat yang berada di wilayah pesisir Majene perlu waspada jika merasakan gempa kuat dan diimbau segera menjauhi pantai, tanpa menunggu peringatan dini tsunami oleh BMKG.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daryono juga mengimbau masyarakat tidak mudah percaya berita bohong atau hoaks terkait prediksi dan ramalan gempa yang akan terjadi dengan magnitudo besar yang berpotensi tsunami.
Daryono menegaskan BMKG hingga saat ini tidak memprediksi akan terjadi gempa bumi berskala besar atau tsunami bakal terjadi di Mamuju atau Majene hingga saat ini.
"Terkait info itu, sebenarnya dalam konteks membangun kesiapsiagaan, jadi tidak ada prediksi akan ada gempa yang besar kemudian menuju tsunami itu tidak ada. Tetapi berkaca pada kasus yang terjadi di Lombok saat gempa Agustus September 2018 itu rentetan gempa cukup banyak," Daryono saat diwawancarai CNN Indonesia TV, Sabtu (16/1).
Selain itu, menurutnya, imbauan diberikan karena Majene dan Mamuju memiliki magnitudo target mencapai 7,0 skala richter.
"Maka kita tidak salah jika imbau masyarakat untuk waspada terkait gempa susulan," tuturnya.
Daryono berharap, Majene dan Mamuju tidak lagi diguncang gempa berskala besar, dan gempa susulan berangsur semakin mengecil.
"Kemarin sudah release 5,9 [skala richter] kemudian tadi pagi 6,2. Harapan kita ini sudah cukup besar dan selanjutnya hanya gempa susulan yang semakin kecil," ucapnya.
Gempa dahsyat melanda wilayah Mamuju, Majene, dan kawasan lain sekitar Sulawesi Barat, pada Jumat (15/1) membuat bangunan porak poranda dan sejumlah orang dikabarkan meninggal dunia.
Berikut fakta-fakta terkait gempa yang telah terjadi di Sulawesi Barat.
Puluhan gempa susulan
BMKG mengatakan puluhan gempa bumi terjadi sejak Kamis (14/1) hingga Jumat (15/1). BMKG mencatat gempa pertama terjadi pada Kamis (14/1), sekitar pukul 13.35 WIB dengan magnitudo 5,9.
Sedangkan gempa yang menyebabkan kerusakan parah dan menimbulkan korban jiwa terjadi pada Jumat (15/1), pukul 01.28 WIB. BMKG mencatat magnitudo gempa sebesar 6,2.
Potensi longsor
Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani mengatakan ada potensi tanah longsor imbas gempa bumi yang melanda Mamuju dan Majene di Sulawesi Barat.
Tanah longsor bisa terjadi lantaran morfologi dan umur batuan di kawasan sekitar Mamuju dan Majene yang menjadi lokasi gempa.
Kedua kawasan itu diketahui tersusun oleh batuan berumur pratersier (terdiri dari batuan metamorf, metasedimen), tersier (terdiri dari batuan sedimen, batu gamping, gunung api) dan endapan kuarter (terdiri dari endapan pantai dan aluvial).
Gempa dangkal
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyampaikan gempa yang terjadi di Sulbar adalah jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake). Pusat gempa dilaporkan berada di 6 kilometer laut Majene dengan kedalaman 10 km.
BMKG mengatakan gempa tersebut akibat dari aktivitas sesar atau patahan lokal di kawasan tersebut. Gempa bumi dangkal merupakan gempa yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan laut. Gempa itu kerap menimbulkan kerusakan yang besar.
(can/fea)