Jakarta, CNN Indonesia --
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan kematian yang terjadi di Norwegia setelah vaksinasi Covid-19 umumnya terjadi pada rentan usia di atas 80 tahun atau lanjut usia (lansia).
Ia menduga, hal ini mungkin ada yang terabaikan. Salah satunya karena penerima dalam kondisi yang kurang memungkinkan menerima vaksin imbas memiliki tubuh yang rentan atau disebut Frail.
"Secara umum ini terjadi pada lansia yang di atas 80 tahun. Tentunya ini jadi perhatian penting kepada lansia. Di Norwegia ini ada yang terabaikan karena mereka sudah dalam kondisi harusnya memang tidak diberikan vaksin," tuturnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (18/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Dicky menjelaskan, hingga kini para ilmuwan masih menunggu hasil penyelidikan, penyebab dari kematian 30 lansia di Norwegia itu. Dari hasil penyelidikan, akan ditemukan sisi keamanan vaksin yang perlu diteliti ulang.
Ia menjelaskan, dalam melakukan vaksinasi kepada lansia, dampak efek samping yang dirasakan pasca vaksinasi akan berbeda dengan rentan umur 18 hingga 50 tahun.
Pada umumnya, lansia akan merasakan efek samping seperti merasakan mual, muntah dan diare, vertigo, kekurangan cairan sehingga berdampak kematian.
"Ada efek samping vaksin untuk orang sehat ya tidak apa-apa. Tapi kalau pada orang tua atau lansia, diare itu akan sangat mengganggu. Ditambah dengan adanya kondisi kesehatan bisa berujung kematian," ujar Dicky.
Dicky mengatakan, kasus Norwegia juga bisa terjadi pada Indonesia jika melakukan vaksinasi corona di luar rentang umur yang ditentukan.
Disinggung masalah keamanan vaksin yang mempengaruhi efikasi, Ia menilai hal tersebut bukanlah faktor yang mempengaruhi hasil efikasi. Efek samping yang dirasakan pasca vaksin Covid-19, tidak bisa mengubah hasil penelitian dari efikasi.
Jika efek samping dari vaksin menyebabkan kematian, maka efikasi tetap bisa dipakai namun vaksinasi ditunda dahulu untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan efek samping tersebut.
Dicki menjelaskan, efikasi dan keamanan vaksin merupakan hal yang berbeda artinya. Efikasi merupakan kemampuan vaksin dalam mencegah infeksi dan mencegah kesakitan akibat virus. Namun Keamanan virus adalah seberapa besar reaksi atau efek samping bisa merugikan penerima vaksin.
"Efikasi dan keamanan harus seimbang. efikasi perlindungan dari vaksin untuk melindungi dari penyakit, kesimpulannya itu nanti ada benefit relation. Antara manfaat dan kerugian dari vaksin," katanya.
Pernyataan serupa juga dijelaskan oleh Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo. Ia menilai vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah Norwegia dilakukan kepada rentang umur 80 tahun ke atas, yang berisiko mendapatkan efek samping berujung kematian.
Karena menurutnya, efek samping yang dirasakan seharusnya sama dengan penerima vaksin dengan umur muda. Namun reaksinya mungkin akan berbeda dengan lansia yang berumur 80-an.
"Jika efek sampingnya berupa batuk dan diare, di umur 80 tahun itu bisa berakibat fatal, karena daya tahan tubuhnya berbeda dengan umur yang masih 18-55 tahunan," ujar Ahmad kepada CNNIndonesia.com, Senin (18/1).
Ahmad menjelaskan, Norwegia bukan negara yang asal-asalan dalam melakukan uji klinis dan melakukan vaksinasi. Hanya saja perlu adanya pengetatan klasifikasi usia penerima vaksin Covid-19.
"Norwegia juga bukan negara kaleng-kaleng menangani Covid-19. Mereka negara serius dalam menanggulangi pandemi. Hanya saja perlu dilakukan evaluasi dan pengetatan klasifikasi usia," tuturnya.
Vaksin yang juga disuntikan kepada calon presiden Amerika Serikat, Joe Biden ini memiliki efikasi lebih dari 90 persen. Ahmad berkata, jika vaksin Pfizer ini di Norwegia memakan korban jiwa, seharusnya Joe Biden juga memiliki gejala yang serupa.
Namun hingga kini Biden dapat beraktivitas dan dapat berpidato setelah dilakukan vaksinasi.
Atas dasar itu, Ahmad juga mengingatkan kepada pemerintah RI untuk menjadikan hal ini sebagai tinjauan yang harus diperhatikan dalam distribusi vaksin Covid-19 kepada umur lansia.
Pemerintah penting untuk melakukan kajian mendalam, dan mengklasifikasikan umur secara proporsional agar orang yang sudah menerima vaksin tidak berpotensi meninggal dunia.
"Artinya Indonesia harus ada kehati-hatian pemerintah dalam melakukan vaksinasi nanti kepada lansia. Ga sembarangan, kita harus proporsional," katanya.
Lebih lanjut Ahmad menjelaskan, negara-negara di Eropa memiliki demografi piramida terbalik, yang artinya lansia di Eropa memiliki populasi dominan ketimbang usia produktif. Maka dari itu, pemerintah di beberapa negara di Eropa melakukan prioritas vaksinasi kepada para lansia untuk melindungi warganya.
Berbeda dengan di Indonesia, pemerintah melakukan vaksinasi untuk Herd immunity kepada populasi usia produktif yaitu 18-55 tahun, untuk melindungi warganya sekaligus melindungi pusaran ekonomi agar menunjang produktivitas pada usia tersebut.
Badan Kesehatan Norwegia menjamin keamanan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, setelah tercatat ada 33 penghuni panti jompo yang meninggal usai disuntik vaksin.
Kepala Bidang Pengobatan Badan Kedokteran Norwegia, Dr. Steinar Madsen, menyatakan kematian puluhan penghuni panti jompo itu diperkirakan tidak berkaitan langsung dengan vaksinasi.
Menurut laporan, 33 penghuni panti jompo yang meninggal usai disuntik vaksin Covid-19 sempat mengalami sakit keras. Namun, sebagian dari mereka memang kondisi kesehatannya sudah menurun dan diperkirakan memang tidak lama lagi meninggal.
Menurut Madsen, efek samping vaksin yang umum terjadi saat pasien yang lanjut usia itu disuntik bisa mengakibatkan komplikasi berat. Akan tetapi, menurut dia bahaya infeksi Covid-19 jauh lebih besar ketimbang vaksinasi.
Sampai saat ini pakar kesehatan setempat dan pemerintah masih mempelajari kematian 33 penghuni panti jompo itu. Mereka berencana membahasnya dengan Badan Kedokteran Eropa pada pertemuan pekan ini.