ANALISIS

Alat Deteksi Covid-19 RI yang Terburu-buru, Minim Publikasi

CNN Indonesia
Sabtu, 06 Feb 2021 13:00 WIB
Ahli menilai inovasi yang berkaitan dengan Covid-19 di Indonesia memang baik, tapi terkesan tertutup dan minim publikasi.
Alat penangkal Covid-19 RI berbasis kayu putih. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Pandu menyatakan inovasi terkait Covid-19 minim publikasi. Dia menilai peneliti berlindung di balik kekuasaan agar penelitiannya bisa digunakan. Dia mencontohkan beberapa peneliti dikawal oleh BIN hingga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

"Karena itu menggunakan dana publik maka dia harus terbuka oleh publik," ujarnya.

Pandu menambahkan riset boleh dilakukan di dalam negeri. Namun, dia kembali mengingatkan dana riset tidak boleh digunakan secara asal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Riset itu siapa tahu bisa menghasilkan sesuatu. Riset itu harus ditumbuhkan. Tapi jangan glorifikasi dan macam-macam. Kita (Indonesia) diketawain dunia," ujar Pandu.

Pandu mengingatkan pandemi harus ditangani dengan tenang. Kepanikan justru akan membuat proses pengambilan kebijakan tidak sejalan dengan yang dibutuhkan di lapangan. Terlebih dia menyebut sistem kesehatan di Indonesia masih belum stabil seperti di negara lain.

"Pandemi ini panjang, butuh waktu, kesabaran, dan konsistensi untuk menekan pandemi ini," ujarnya.

Senada, epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menilai situasi pandemi yang tidak terkendali cenderung membuat negara seperti Indonesia panik dan terburu-buru dalam menentukan strategi.

Pada akhirnya, dia berkata Indonesia mengambil keputusan untuk memanfaatkan Emergency Use Authorization (EUA) untuk mengendalikan pandemi. Berdasarkan fakta di lapangan, EUA digunakan oleh negara yang gagal mengendalikan pandemi, baik untuk vaksin atau alat pendeteksi.

Khusus alat deteksi, Dicky menyarankan Indonesia menggunakan alat yang sudah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), misalnya rapid test antigen yang harganya lebih murah dari PCR.

Dia berkata saran itu bukan bermaksud untuk mengesampingkan inovasi dalam negeri, tetapi dia mengingatkan inovasi tidak bisa hadir dalam waktu singkat.

"Inovasi dan riset itu lama," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/2).

Dicky menyampaikan inovasi adalah hal yang baik. Tapi dia mengingatkan bahwa alat seperti GeNose dan alat tes lain juga belum mendapat rekomendasi dari WHO. Dia khawatir itu akan mempengaruhi kualitas pengetesan.

Lebih dari itu, Dicky mendorong otoritas terkait juga fokus mengembangkan alat tes berbasis antigen di dalam negeri. Dia menilai alat tes tersebut telah terbukti secara global.

"Dibanding pada impor atau pada riset yang belum mendapat rekomendasi WHO. Karena nanti kita ingin performa kita diakui dunia," ujarnya.

(jps/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER