Meningkatnya debit air akibat pemanasan global dilapokan telah mengancam keberadaan Venesia, Italia. Kawasan yang ikonik dengan kanalnya itu pun menggelontorkan uang ke Modulo Sperimentale Elettromeccanico atau proyek MOSE, 78 penghalang yang dapat naik secara kolektif atau sendiri-sendiri melintasi bukaan laguna dan membatasi naiknya air Laut Adriatik.
Jepang diketahui memiliki sejarah banjir yang panjang. Area pantai dan di sepanjang sungai yang mengalir deras di Jepang sangat berisiko.
Untuk melindungi wilayah itu dari banjir, para insinyur nasional telah mengembangkan sistem kanal dan kunci pintu air yang kompleks.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir JapanGov, pemerintah Jepang menggunakan radar untuk memindai awan hujan dalam bentuk 3 Dimensi untuk melindungi kereta bawah tanah dari Banjir. Intinya, teknologi itu memanfaatkan Precipitation Radar (DPR), salah satu instrumen meteorologi tercanggih di dunia yang dikembangkan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA).
Dengan memancarkan gelombang radio dalam dua frekuensi yang berbeda, DPR dapat mengukur distribusi hujan dalam 3D.
Teknologi itu diklaim dapat memprediksi banjir sampai tingkat tertentu. Pada akhirnya teknologi itu untuk mengevakuasi penduduk dari area berisiko dan membuat kereta tetap beroperasi dengan optimal.
Sebelum ada teknologi itu, pemerintah Jepang telah menggunakan mekanisme antiflooding untuk menyegel saluran ventilasi yang menarik udara dari permukaan jalan di jalur kereta bawah tanah.
Metode konvensional itu dapat menahan tekanan air yang setara dengan kedalaman 2 meter. Model terbaru diklaim mampu menahan tekanan air 6 meter dan telah dipasang di area dengan risiko banjir yang tinggi.
Jepang juga membuat pintu kedap air di terowongan kereta apai bawah tanahnya. Mereka berharap gangguan terhadap layanan kereta bawah tanah dijaga seminimal mungkin dengan teknologi itu.
(jps/eks)