Mengenal Fenomena Hujan Es yang Semakin Sering Muncul di RI

CNN Indonesia
Jumat, 05 Mar 2021 13:01 WIB
Ilustrasi hujan es. (Abi Hafiz)
Jakarta, CNN Indonesia --

Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko menjelaskan fenomena hujan es atau hail merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrem.

Dia mengatakan fenomena itu lebih banyak terjadi pada masa transisi atau musim pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Hujan es juga dapat terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba.

"Fenomena hujan es atau hail merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrim," ujar Hary kepada CNNIndonesia.com, Kamis (4/3).

Hary menuturkan hujan es disebabkan oleh adanya awan Cumulonimbus (Cb). Terdapat 3 macam partikel di dalam awan itu, yakni butir air, butir air super dingin, dan partikel es. Sehingga, hujan lebat yang masih berupa partikel padat (es/hail) dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan Cb tersebut.

"Biasanya awan (Cb) berbentuk berlapis-lapis dan seperti bunga kol, di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam," ujarnya.

Hary mengatakan ada beberapa dalam proses pembentukan dan pertumbuhan awan CB. Pertama, adanya proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat, dikenal dengan istilah Strong Updraft and Downdraft di dalam awan CB.

Pergerakan massa udara naik atau Updraft yang cukup kuat di dalam awan CB dapat membawa uap air naik hingga mencapai ketinggian dan membuat suhu udara menjadi sangat dingin hingga uap air membeku menjadi partikel es.

Partikel es dan partikel air super dingin itu kemudian akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar.

Ketika butiran es sudah terlalu besar maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hail atau hujan es.

"Strong updraft di suatu daerah dapat terbentuk dan terjadi akibat adanya pemanasan matahari yang intens (pemanasannya sangat optimal atau kuat) antara pagi hingga siang hari dan dapat juga dipengaruhi oleh topografi suatu daerah," ujar Hary.

Kedua, Hary berkata adanya lapisan dengan tingkat pembekuan yang lebih rendah, dikenal dengan istilah Lower Freezing Level. Pada fenomena hujan es, lapisan tingkat pembekuan (freezing level) mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya.

"Hal inilah menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna," ujarnya.

Sifat Fenomena Hujan Es


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :

TOPIK TERKAIT