Kongo, Gunung Emas dan Smartphone 'Berdarah'

CNN Indonesia
Selasa, 16 Mar 2021 18:42 WIB
Kongo belakangan dihebohkan dengan gunung emas. Namun Kongo juga kaya akan kobalt hingga coltan yang menjadi bahan utama baterai ponsel.
Ilustrasi smartphone. (Istockphoto/Ridofranz)

Mengutip Daily Mail, salah satu bahan tambang untuk bahan pembuat alat elektronik adalah mineral coltan. Mineral berharga yang setelah diolah berubah menjadi serbuk logam tantalum.

Logam tantalum memiliki sifat tahan panas dan karat, serta dapat menyimpan tenaga untuk cas baterai listrik lebih lama. Sehingga bahan ini menjadi wajib ada dalam pembuatan baterai ponsel.

Melansir Statista, pertambangan tantalum Kongo dikenal merupakan terbesar. Kongo merupakan penghasil terbesar tantalum, sebesar 670 metrik ton pada 2020 lalu. Disusul oleh Brasil 370 metrik ton, Rwanda 270 metrik ton, Nigeria 160 metrik ton, dan China 70 metrik ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, BBC mencatat 80 persen cadangan coltan dunia berada di Kongo. Namun, penambangan coltan di Kongo sendiri masih menimbulkan polemik lantaran melibatkan pekerja di bawah umur.

Mengutip CNN, pada 2018 lalu, investigasi CNN menemukan bahwa pekerja anak-anak masih marak di Kongo. Banyak perusahaan termasuk Tesla mengatakan pada CNN bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya melacak rantai pasoknya, karena kompleks dari sumber logam mulia.

Sementara itu, Dailymail menuturkan para penambang harus membawa hasil hasil coltan yang telah dipisahkan dari tanah menggunakan karung beras berlapis plastik. Mereka berjalan kaki atau naik motor menyusuri jalan tanah tandus yang runtuh dan rusak menuju pusat penimbangan.

Setelah hasil tangkapan mereka ditimbang dan diklasifikasikan, para penambang cuma dibayar US$5 sehari. Angka itu sangat kecil untuk sebuah pekerjaan luar biasa menggali mineral berharga yang memberi daya pada telepon genggam seharga US$500.

Dailymail mencatat kurang lebih 1.400 tenaga kerja di Luwow, Kongo bekerja mencari coltan. Apple dan Samsung Electronics mengakui bahwa mereka menggunakan coltan yang ditambang di Kongo. Sedangkan, Apple mengatakan akan terus melakukannya.

Vendor Ponsel Menikmati Kobalt Tak Sejahterakan Warga Kongo

Laporan Amnesty Internasional, pada tahun 2013 perusahaan dari Korsel dan China disebut membeli lebih dari US$90 juta atau Rp1,2 triliun kobalt. Keuntungan yang mereka dapatkan mencapai puluhan miliar dollar AS. Fakta ini jauh dari upah maksimal US$2 yang diterima anak-anak di Kongo.

Amnesrty Internasional menegaskan industri tambang atau mineral di Kongo adalah tempat kerja terburuk bagi anak-anak. Setidaknya ada 16 perusahaan teknologi yang dimaksud yakni Ahong, Apple, BYD, Daimler, Dell, HP, Huawei, Inventec, Lenovo, LG, Microsoft, Samsung, Sony, Vodafone, Volkswagen dan ZTE.

Tak hanya itu, The Guardian melaporkan bahwa para wanita korban pemerkosaan milisi di Kongo juga dipaksa bekerja untuk menambang emas, Coltan, dan timah dalam status sebagai budak.

Pertambangan Coltan Kongo tercatat dikuasai oleh kelompok milisi yang tak segan membantai seisi desa apabila keinginannya tak dipenuhi. Harga Coltan bisa berlipat ganda ketika dibeli oleh pengepul dan dijual ke perusahaan besar dunia.

(dal/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER