Ahli Temukan Bakteri Laut, Tak Terdeteksi Sistem Imun Manusia
Ilmuwan menemukan bakteri laut dalam yang tidak terdeteksi oleh sistem kekebalan manusia di bawah permukaan Samudra Pasifik.
Mengutip Live Science, bakteri yang berada lebih dari satu mil di bawah permukaan Samudera Pasifik mendobrak dunia sains kesehatan karena mematahkan salah satu ilmu imunologi.
Selama ini dalam teori klasik imunologi, sistem kekebalan manusia berevolusi untuk dapat mendeteksi setiap bakteri asing sehingga dapat menangkap mikroba yang menular.
Ahli imunologi asal Rumah Sakit Anak Boston Amerika Serikat, Jonathan Kagan mengatakan bahwa sistem imun manusia akan menyingkirkan setiap ancaman yang akan masuk.
"Idenya adalah bahwa sistem kekebalan adalah generalis, tidak peduli apakah sesuatu itu ancaman atau tidak, imun tubuh akan menyingkirnya," ungkap Kagan eksklusif kepada Live Science, Senin (29/3).
Jajaran ilmuwan itu kemudian menguji coba sebuah tempat yang jauh di tengah Samudra Pasifik, tepatnya di Kawasan Lindung Kepulauan Phoenix di Kiribati, 1.650 mil barat daya Hawai.
"Ini bukan hanya lautan dalam, tetapi bagian laut yang paling dalam, kuno, terpencil dan terlindungi. Kedalamannya 4.000 meter, tidak ada mamalia yang menetap, dan itu di ruang Khatulistiwa di mana bahkan tidak akan ada paus," kata Randi Rotjan, ahli ekologi kelautan Universitas Boston.
"Ini adalah tempat yang baik untuk menemukan secara masuk akal bakteri yang sama sekali berbeda dari bakteri yang berinteraksi dengan kita di darat," tambahnya.
Setelah mengidentifikasi ciri-ciri bakteri, para peneliti memperkenalkan 50 strain ke tikus dan sel kekebalan manusia ke bakteri tersebut. Namun yang membuat mereka terkejut, 80 persen mikroba, sebagian besar dari genus Moritella, lolos dari deteksi.
Untuk mencoba mempersempit fitur bakteri laut mana yang membuat mereka tidak terlihat oleh reseptor kekebalan manusia, tim juga mengekspos tikus dan sel manusia hanya pada satu bagian tertentu dari dinding sel bakteri, yang disebut lipopolysaccharide (LPS).
Sistem kekebalan mamalia diketahui menggunakan bagian terluar dari dinding sel bakteri ini untuk mengenali apa yang disebut bakteri gram negatif dan melakukan perlawanan. Para peneliti menemukan bahwa reseptor sel mamalia juga buta terhadap LPS.
Terlepas dari kemampuannya yang menyeramkan untuk menghindari deteksi imun, para peneliti mengatakan bahwa bakteri laut dalam tidak menimbulkan risiko menginfeksi manusia.
"Pertama, mereka belum berevolusi untuk menghindari sistem kekebalan mamalia, jadi jika ada patogenisitas apapun itu akan terjadi secara tidak sengaja," kata Rotjan.
"Alasan kedua mengapa sangat tidak mungkin adalah karena suhu, tekanan, dan lingkungan kimiawi di dalam tubuh kita sangat berbeda dengan apa yang Anda temukan di dasar lautan. Bakteri ini tidak akan bertahan selama lebih dari beberapa menit di luar habitat normalnya," pungkasnya.
Hikmah dari penemuan tersebut, para peneliti kini mengembangkan imunoterapi yang lebih baik untuk mendeteksi bakteri-bakteri baru.
(dal/dal)