Sepuluh tahun pasca diguncang gempa bumi, Dadan Supardan masih tinggal di hunian yang sama. Dia membangun ulang hunian bagi keluarganya setelah menjual beberapa ekor sapi dan sedikit uluran bantuan dari sana-sini.
Akibat gempa Sesar Lembang pada 2011 lalu, Dadan menaksir kerugian hingga Rp50 juta. Dengan ekonomi yang terpukul pasca gempa, Dadan kembali membangun mimpinya untuk tetap bertahan menafkahi keluarga.
"Setelah gempa itu saya harus rombak total. Sempat memang dikasih hunian sementara tapi tidak lama. Setelah jual sapi buat benerin rumah, ya lumayan sekarang sudah pakai besi dan diperkirakan bisa tahan gempa," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dadan pun berharap tidak ada lagi gempa seperti yang terjadi pada 2011. Meski kadang mimpi buruk itu kerap datang ketika ada gempa dari daerah lain.
"Harapan mah inginnya baik-baik saja. Sejak kejadian gempa itu (2011) sulit dilupakan. Kadang kalau ada gempa kecil saja suka kaget," katanya.
Senada dengan Dadan, Herman kini sudah membeli tanah dan membangun rumah hasil menjual ternak. Rumah yang dia kini tempati berada dekat dengan lembah.
"Ketakutan pasti ada, karena bagi ahli yang paham suatu saat akan terjadi lagi. Tapi bagi saya pribadi berserah diri kumaha kersaning Allah (bagaimana kehendak Tuhan)," tuturnya.
Dalam peristiwa itu, Herman bersyukur semua anggota keluarga selamat walau harta bendanya luluh lantak akibat bencana ini. Ia tidak berencana pindah karena sudah turun temurun tinggal di kampung ini.
"Pernah dianjurkan untuk pindah dengan menjual tanah. Tapi kan kalau memerintah mah gampang, coba atuh dibangun sekalian rumahnya. Kan tidak semua ekonominya mampu seperti saya," ujarnya.
(hyg/eks)