Serangan Ransomware Incar UMKM Disebut Turun pada 2020

CNN Indonesia
Rabu, 21 Apr 2021 02:11 WIB
Menurut laporan Kapersky, upaya ransomware yang menargetkan UMKM turun pada 2020 dibanding 2019.
Ilustrasi. (Istockphoto/ Undefined)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, melaporkan penurunan signifikan upaya ransomware yang terdeteksi dan sudah digagalkan di antara para pengguna sektor bisnis mikro, kecil dan menengah (UMKM) di kawasan Asia Tenggara.

Kaspersky menjelaskan telah mengungkap 804.513 upaya ransomware terpantau pada 2020. Jumlah ini disebut turun setengah dari catatan 2019 sebanyak lebih dari 1,9 juta upaya ransomware.

Di antara enam negara Asia Tenggara, hanya Singapura yang menunjukkan peningkatan jumlah deteksi ransomware. Ada sedikit peningkatan dari 2.275 instans pada 2019 yang melonjak menjadi 3.191 pada 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia dikatakan masih menduduki peringkat kelima secara global untuk jumlah deteksi ransomware sebanyak 1.158.837 pendeteksiannya dan kini turun menjadi 439.473 pada 2020.

Tren penurunan ransomware juga terjadi di negara lain di kawasan ini termasuk Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Thailand.

Sementara China tetap berada pada posisi teratas dalam hal pendeteksian ransomware secara global baik untuk 2019 dan 2020.

Kemudian Brasil dan Rusia bertukar tempat untuk peringkat kedua dan ketiga, dengan Brasil sekarang berada di urutan ke-2 secara global pasa 2020.

"Saya melihat statistik untuk masing-masing kategori, dan itu mengikuti keseluruhan penurunan jumlah deteksi, terutama karena penurunan jumlah deteksi dari WannaCry. Kelompok ini merupakan bagian yang signifikan dari semua ransomware yang terdeteksi, meski faktanya kelompok ini sudah tidak didukung pembuatnya selama lebih dari tiga tahun dan ada sebagai 'zombie' " kata Fedor Sinitsyn, peneliti keamanan di Kaspersky mengutip keterangan tertulisnya, Senin (19/4).

Ransomeware menjadi salah satu ancaman dunia maya yang paling gigih menargetkan sektor UMKM di kawasan Asia Tenggara.

Malware dirancang untuk menginfeksi komputer individu maupun organisasi, kemudian mengenkripsi data di dalamnya, dan memblokir akses menuju perangkat pengguna. Penyerang ransomware kemudian akan meminta bayaran dari korban sebagai imbalan agar sistem dapat bekerja kembali.

Meski ancaman menurun, Kaspersky tetap memperingatkan perusahaan dari segala bentuk dan ukuran terhadap peningkatan aktivitas 'Ransomware 2.0' atau dikenal sebagai ransomware yang ditargetkan.

Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, menambahkan, penyakit keamanan siber tidak lagi sekadar pencurian data. Grup ransomware berbahaya kali ini melakukan eksfiltrasi data yang dilengkapi pemerasan.

Para pelaku kejahatan siber kerap mengancam untuk mempublikasikan data yang telah mereka curi, dan selanjutnya meminta para korban untuk membayar uang tebusan demi melindungi reputasi mereka yang berharga.

(ryh/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER