Manajer Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Wahyu Perdana mengatakan beberapa wilayah di Indonesia berpotensi terendam banjir rob imbas dari perubahan iklim dunia.
Beberapa wilayah yang disebut merupakan pulau kecil di Kepulauan Seribu, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara.
"Ketika terjadi perubahan iklim, ada kenaikan air laut maka mereka punya risiko tenggelam lebih tinggi," ujar Wahyu kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Kamis (22/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Wahyu potensi banjir rob dari perubahan iklim bukan hanya di pulau kecil. Namun juga berpotensi terjadi di sekitar wilayah pesisir DKI Jakarta.
Banjir rob yang berpotensi menenggelamkan sejumlah wilayah di Indonesia itu, kata Wahyu, bukan hanya terjadi karena perubahan Iklim. Tetapi juga merupakan dampak dari kerusakan ekologis di sekitarnya.
Penggunaan air tanah yang berlebih juga menyebabkan penurunan permukaan tanah di daratan. Hal ini yang disebut Wahyu sebagai salah satu faktor yang menyebabkan sejumlah wilayah di Jakarta berpotensi terendam banjir.
Ia menjelaskan pada 2019 di Jakarta terjadi penurunan permukaan tanah hingga 12 sentimeter per tahun. Meski tidak menyebut angka pasti pada penurunan permukaan tanah di Jakarta pada 2020, ia mengklaim setiap tahunnya memiliki kurva yang terus naik.
![]() |
"Jakarta sendiri pada 2019 misalnya untuk penurunan permukaan tanah itu sampai 12 sentimeter pertahunya, pada beberapa wilayah dan kurvanya naik terus per tahun, dan risikonya semakin besar," pungkasnya.
Wahyu menuturkan perubahan iklim punya dampak lebih luas seperti kebakaran hutan, kerusakan ekosistem gambut yang mempengaruhi pemanasan global sehingga berdampak pada naiknya permukaan air laut.
Ia mengatakan hal yang paling penting untuk mengetahui dan belajar bahwa perubahan iklim benar terjadi, yakni dari perubahan cuaca ekstrem Siklon Tropis Seroja yang terjadi di NTT pada awal April 2021.
Yayasan Indonesia Cerah melaporkan sejak tahun 2000 hingga 2030 kenaikan permukaan air laut mengakibatkan banjir rob sebesar 19 hingga 37 persen di beberapa wilayah Indonesia. Pulau Jawa dianggap sudah sangat rentan terhadap banjir rob dan menjadi sangat rentan pada tahun 2030, diikuti oleh sebagian Sumatera bagian utara.
Bahkan tempat-tempat yang saat ini tidak mengalami banjir rob seperti di Sulawesi Selatan, akan mengalami peningkatan risiko pada tahun 2030.
Kenaikan permukaan laut, yang dilanjutkan dengan perluasan pembangunan yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan sebesar US$400 juta atau sekitar Rp5,8 triliun di seluruh Indonesia pada tahun 2030.